It’s Such a LOOOOOONG Dream :”)


            I think that I am OK last night.  Aku pikir aku baik-baik aja. Aku siap menerima semuanya. Ya, aku memang siap menerima semuanya. Aku siap mendengarkan pertanyaannya. Aku siap menjaga jarak dengannya. Sampai dia bilang jika dia menyukai gadis lain, dan statusku turun menjadi friend zone. Just a friend. Di titik ini aku mulai meragu. Sampai pada akhirnya dia bilang jika aku sebenarnya punya kesempatan . . . dulu. “KESEMPATAN” dan “DULU”. Dua kata yang kupikir bisa kulupakan, namun ternyata tidak. Dua kata itu terus menghantuiku. Bahkan aku sangat mengingatnya, satu kalimat utuh. UTUH, dan juga kalimat setelahnya, “sayang sekali kamu GA BISA JAGA DIRI dari LELAKI lain. Aku KECEWA.” Di depannya aku masih bisa tersenyum, bahkan aku dengan mudah mengatakan jika aku baik-baik saja via voice note. Pada saat ia mengatakan itu, memang aku masih bisa menahannya. Namun, setelah percakapan malam itu berakhir “ya udah” . . .  BRUKKK!!! Aku benar-benar ambruk sampai di titik ini. Air mata ku memaksa untuk keluar tanpa bisa aku tahan. Tangisku pun pecah seketika. Sukses membuatku tidak tidur semalaman . . .
          "BAKA! AHO! Dasar kau gadis BODOH!!!! Kamu punya kesempatan. KESEMPATAN. Kenapa nggak kamu manfaatin baik-baik?!!! KENAPA???!!! AHO! Perasaan itu nyata!!!! Dia itu nggak seperti kenalanmu sebelumnya!!! BODOH!” Aku nggak bisa berhenti merutuk diriku sendiri. Betapa bodohnya aku. Ne.. semua yang kamu bilang itu memang terasa nyata. “Kamu itu sedikit spesial” ucapnya dulu. Saking nyatanya, aku selalu mengharapkan dia. Aku selalu ganggu dia setiap saat. Kata-katanya yang terkesan gombal, aku percaya gitu aja. Dia bilang dia mau membahagiakan orang tuanya, sahabatnya, dan membahagiakan aku. Aku selalu ingat kata-kata itu. Setiap hari aku semakin terbang tinggi. Saat aku mengajaknya keliling dunia, aku berharap hal itu akan terwujud suatu hari nanti. Mengikuti kisah cinta gambar ilustrasi "Love is ..." karya Puung. Aku sadar jika aku bermimpi terlalu tinggi. Aku takut jatuh . . .
Lalu, suatu hari akhirnya dia bilang kalau dia nggak bisa terus menemaniku. Dia mulai jaga jarak dari aku. Parahnya dia mempertegas status aku saat itu. Satu per satu harapan itu mulai berguguran.. Aku mulai meragukan apakah aku benar punya kesempatan, apakah benar dia menyayangiku, apakah.. aku meragu. Maaf kalau aku sempat meragukan perasaannya. Aku takut kalau semua itu hanya perasaanku. Aku memang gadis bodoh. Aku nggak tahu saat itu aku masih punya kesempatan atau ga. Yang jelas, di sisi lain, aku masih menyukainya, aku masih mengaguminya, aku masih menyayanginya. Saat itu, dia memiliki posisi tertinggi. Dia yang selalu aku pikirkan, dia yang selalu selalu selalu ada di pikiranku. Dia yang pertama aku cari. Dia, selalu dia.
       Lalu . . . Lelaki lain? Lelaki lain mana? Pemimpin grup kah? Aku akui dulu aku sempat menyukainya. Namun saat mengenal dia (lelaki ini, bukan pemimpin grup), aku stop chatting sama dia. Benar-benar stop. Niichan? aku chatting sama dia juga tanpa rasa. Bahkan kami jarang chat. Para admin yg lain? Ben? Kalau pun iya chatting, cuma ngebahas game aja. Itu juga dulu, saat aku masih menjadi bagian admin grup itu. Irvan? Arul? Aku nggak pernah chatting sama dia. Aku beberapa kali muncul di postingannya. Vicky? Saat itu sama om Vicky cuma iseng karena aku cemburu sama dia (bukan Vicky) yang katanya mau ganti PP. Vicky emang pernah chatting aku, tapi sekedar itu. Dan lagi.. dia (bukan Vicky) malah sempat memintaku untuk berteman dengan Vicky, dan aku juga pernah menolak. Semua lelaki itu, TANPA RASA. Dan tak jarang saat berkomunikasi bersama mereka, aku justru curhat tentang dia. Dia, selalu dia.
Aku bingung sejak kapan kesempatan yang aku punya hilang. Kenyataannya, yang aku rasakan, aku selalu memikirkannya lebih dari siapa pun. Aku masih mengaguminya, selalu. Di saat aku masih pingin chatting dia, terus mengganggu dia, terus mengharapkan dia, tapi dia justru menjauh dan mulai jaga jarak. Mau tak mau aku harus mencari cara lain untuk tidak terpaku dengannya. Dia juga pernah bilang kalau aku nggak boleh terpaku sama dia, aku harus mulai berteman dengan siapapun. Karena itu aku coba untuk membaur. Aku coba komen di postingan orang-orang. Kadang komenku nggak nyambung, ngawur. Aku memang nggak niat komen, hanya sekedar membuang waktu, membunuh pikiranku yang selalu memikirkan dia.
Aku benar-benar nggak tahu di titik mana aku kehilangan kesempatanku. Karena aku pun tak tahu kalau saat itu aku benar-benar punya kesempatan. Tapi yang jelas, aku nggak peduli, bahkan jika kesempatan itu sudah tak ada. Aku tetap menyukainya. Tetap memikirkannya. Tetap nomor satu. Bahkan sampai sekarang pun masih. Selama ini aku mencoba menutupi perasaan ini. Aku mencoba merasa semuanya baik-baik aja di depannya. Aku mencoba bercanda sebisaku. Itu semua hanya topeng. Aku nggak bisa mengaku di depannya apa yang aku rasakan dan apa yang terjadi padaku. Aku takut kalau dia tahu semuanya, dia semakin menghukumku dan semakin menjauhiku. CUKUP. Aku nggak kuat untuk menjauhinya. Di saat aku melihatnya muncul di postingan orang, bercanda bersama yang lain. Cukup aku melihatnya absen dari postinganku. Sama sekali tak muncul. Suatu malam, aku senang karena dia muncul di kirimanku, tapi ternyata itu komentar yang tidak kusukai. Aku senang karena pada akhirnya dia muncul juga dan mengirimku private message. Tapi ternyata private message malam itu adalah private message yang paling aku BENCI…
Itulah pengakuan dariku mengenai apa yang aku rasakan dan aku alami. Sungguh aku menyesal. Mengapa aku baru tahu jika aku sempat punya kesempatan di saat kesempatan itu sudah tidak aku miliki? Bodoh . . sungguh bodoh. Selama ini aku mengira cintaku bertepuk sebelah tangan, atau jika ada pun tidak mungkin lebih, hanya sebatas itu. Aaaaaaaaahhhhh!!!! Aku benar-benar kesal pada diriku sendiri. Tapi aku bisa apa, semuanya sudah terjadi. Kenyataannya dia udah kecewa sama aku, dan aku sudah ditendang keluar secara paksa dari kesempatan itu. Aku nggak akan pernah bisa masuk lagi ke situ. Kini aku hanya orang asing :”)
Mungkin ini bisa disebut 9-gatsu wa kimi no uso. Aku sudah berbohong padanya. Maaf, aku sudah nggak jujur padanya. Maaf aku tidak mengatakan yang sebenarnya tentang perasaan ini semalam. Maaf, aku nggak bisa mengatakannya karena aku begitu takut seperti yang aku sebutkan di atas. Aku pun nggak mau buat dia merasa terbebani oleh apa yang aku alami. Maaf juga dengan aku yang bertingkah seperti ini justru membuatnya semakin merasa sulit. 
So.. Dia nggak kegeeran kok. Semua yang dia rasakan tentang perasaanku kepadanya itu nyata. Karena memang aku masih menyukainya. Masih. Video ultah itu, itu sudah diplanning matang-matang entah sejak kapan. Syukur, aku masih sempat untuk membuatnya, meskipun tidak sesuai dengan yang aku rencanakan pertama kali. Maksain nonton Conan sama tante Iin. Dan di situ banyak foto profilnya (Akai) bertebaran dimana-mana. Yang ada di benakku Cuma dia.. Hey… Bukankah itu artinya dia merasakan perasaanku ini? J Bagian mana dari hati ini yang tidak menyukainya? Ahh, It’s such a very long dream. Even I love it, I have to wake up. A dream which almost like reality :”)
                               Foto yang tak sempat dimasukkan ke dalam video


When was the last time you thought of me?
Or have you completely erased me from your memory?
When will I see you again?

Forgetting him was like trying to know somebody you never met

If you have to leave, I wish that you would just leave
‘Cause your presence still lingers here, and it won’t leave me alone

-This pain is just to real-

All I can say is ENCHANTING to meet you :”)

All I know is I was enchanted to meet you :”)

_________________________________________________________________

Sampai detik ini, aku masih ragu apakah harus kuberitahukan ini kepadanya?
Atau biarlah semua ini tersimpan rapi di sini? Di dalam hati ini? :")

Comments

Popular posts from this blog

Antara Cinema 21, XXI, dan CGV, Pilih mana?

Pertemuan Kedua

Kamu: Kenangan tentang Luka dan Cinta