Tappei, Aku Mau Bilang . . .

          Pada hari itu, kebetulan Miiko mendapat jadwal piket. Ia sedang membersihkan papan tulis. Tetapi Miiko kesusahan membersihkan papan tulis, karena tubunhnya yang kecil, walaupun sudah naik kursi pun tetap aja nggak sampai. Tiba-tiba Tappei muncul dari belakang dan membantu Miiko membersihkan papan tulis. Aiko yang merasa terbantu ingin mengucapkan terima kasih, tetapi Ken keburu meledeknya, dia bilang Miiko mungil. Miiko yang ingin mengucapkan terima kasih pun enggan.
          Pak Guru wali kelas 5-3 masuk kelas dan memulai pelajaran. Ketika pak guru menerangkan pelajaran, Miiko tidak memperhatikannya, dia malah menggerutu sikap Tappei yang selalu mengejek dirinya.
          “Miiko, Angin musim panas berhembus dari arah mana?’ Tanya Pak guru.
          Miiko yang jelas-jelas tidak memperhatikan pelajaran, bingung harus jawab apa. Tappei yang tahu hal itu, berbisik memberikan jawaban kepada Miiko, “Asia Tenggara!”
          “Asia Tenggara, Pak!” Jawab Miiko.
          “Betul, betul sekali!” Pak guru membenarkan jawaban Miiko.
          Miiko ingin bilang terima kasih lagi ke Tappei, tapi seperti biasa Tappei malah mengejeknya. Dia bilang Miiko payah. Hal ini juga membuat kekesalannya terhadap Tappei bertambah.
          “Aku sebel sama Tappei!!!” Teriak Miiko pada kedua sahabatnya.
          “Tapi, dia kan udah Bantu kamu, Miiko?” Yukko mengingatkan.
          “Iya, kalian akrab meski sering berantem . . . “ Ujar Mari Chan.
          “Terserah kata kalian apa, yang jelas aku nggak mau dekat-dekat dia lagi!” Miiko bertambah kesal. Tiba-tiba buku Miiko terjatuh.
          “Yamada, ini bukumu jatuh!” Ucap Yoshida seraya memberikan buku Miiko yang terjatuh.
          “Te . . terima kasih, ya Yoshida!” Miiko mengucapkan terima kasih.
          “Iya, sama-sama. Aku ke perpustakaan dulu, ya!” Ujar Yoshida seraya berjalan menuju perpustakaan.
          “Wah, cowok-cowok lagi main bola!” Seru Mari sambil menunjuk ke arah lapangan bola.
          Miiko sadar kalau Tappei nggak pernah membiarkannya bilang “terima kasih” padanya. Tiap kali mau bilang, dia selau mengejeknya.Kedatangan Miiko membuatnya menjadi tidak berkonsentrasi dalam bermain bola, sehingga dia jatuh terkena bola.
          Keesokan harinya di kelas, Pak guru membawa vas bunga dari rumah yang dibuatnya sendiri di kursus keramik.
          “Vas ini boleh kalian pakai, asal dijaga baik-baik!” Ujar pak guru.
          “Bapak beli bunga sendiri, ya?” Tanya seorang murid.
          “Bukan, istri Bapak yang beli.” Jawab pak guru.
          “Pak guru lucu, ya!” Ujar Miiko dalam hati.
          Ting Tong Ting Tong. Bel pulang sekolah berbunyi. Ketika yang lain sudah pulang, Miiko harus mengantarkan buku absen ke ruang guru. Ketika masuk kelas, Miiko pikir bunganya agak layu karena kurang air, sehingga dirinya ingin merendam bunga tersebut. Tetapi karena tubuh Miiko yang kecil, vas bunganya malah meleset dari genggaman tangannya, dan vas bunganya pun terjatuh. Aiko yang mengingat pesan pak guru menjadi panik. Ia berpikir  mencari jalan keluar dengan kerasnya. Terbesit ide di benaknya, vasnya ia lem, bunganya ia letakkan di dalam ember. Setelah itu ia langsung lari meninggalkan kelas. Miiko tidak sadar kalau Ken melihatnya lari dari kelas.
          Besoknya, salah seorang siswi yang melihat bunga pak guru ada di dalam ember menyuruh Tappei untuk menngambil vas bunga di meja pak guru. Ketika Tappei hendak mengambil vas bunga itu, nggak sengaja vas bunganya jatuh.
          “Aduh . . . “ teriak tappei kaget.
          “Ya ampun!”
          “Tappei mecahin vas bunga!”
          “Ha . . . habis meleset dari tanganku!” Tappei membela diri.
          “Gimana, nih! Tappei sih!”
          Tiba-tiba pak guru datang, ia melihat vas bunga kesayangannya pecah,  sedih bercampur emosi.“Ah! Ba . . baru sehari sudah pecah . . . Ulah siapa hah!”
          “A . . aku, pak. Maaf . . .”
          “Lain kali, kalau bikin vas bunga yang anti pecah ya, pak!” Aku Tappei.
          “Sudah salah, masih bercanda lagi!” Bentak pak guru, karena sangat kesal pak guru menjitak kepala Tappei hingga benjol.”Aduh!” teriak Tappei.
          Miiko yang tidak tega melihat Tappei dimarahi pak guru memberanikan bicara, “Bu . . bukan . . .”
          “Apanya?” Tanya Tappei.
          “Tappei suaranya kencang amat.”
          “Sudah mecahin barang, masih sok galak.” Goda teman Tappei.
          Tappei . . . Miiko hanya bisa diam. Pak guru memulai pelajarannya. Ketika Tappei ingin duduk di tempatnya, ia menepuk pelan punggung Miiko, plok.
          Seperti biasanya setelah usai sekolah, anak-anak cowok bermain bola di lapangan sekolah. Kebetulan Miiko, Yukko, dan Mari lewat situ.
          “Miiko, kamu kenapa?” Tanya Mari.
          “Ng . . nggak apa-apa, kok. Kalian pulang duluan deh!” Ucap Miiko.
          “Eh, ya udah, deh. Kami pulang duluan ya!” Yukko dan Mari pamit pulang.
          Ketika itu, Tappei sedang beristirahat dari bermain bola, ia sedang mencuci mukanya. Tappei yang melihat kedatangan Miiko, berhenti.
          “Kenapa?” Tanya Tappei.
          “Tappei . . . “
          “A . . . aku yang mecahin, kan?” Tanya Miiko.
          “Apanya?” Tanya Tappei kembali.
          “Vas bunganya!” Teriak Miiko saking kesalnya.
          “Aku yang pecahin, kok. Bukan kau.” Jawab Tappei.
          Karena saking kecilnya, Miiko sampai harus naik ke atas wastafel segala. Kedua tangan Miiko memegang pipi Tappei.
          “Tappei . . .”
          “ . . . “
          “Makasih, ya!” Ucap Miiko, akhirnya Miiko lega karena telah mengucapkan terima kasih pada Tappei.
          “Iya, ngerti. Sekarang lepasin aku!” Jawab Tappei.
          “Iya, akhirnya bisa bilang juga . . .” Ujar Miiko.
          Karena merasa pembicaraannya telah selesai, Tappei pergi meninggal kan Miiko. Miiko yang masih berada di atas wastafel, kesusahan untuk turun.
          “Tappei, Bantuin dong! Aku nggak bisa turun!” Teriak Miiko.
          Tetapi Tappei tidak mempedulikan Miiko.
          Ternyata pak guru melihat mereka dari dalam ruang guru. Miiko juga sudah mengakui kalau dirinyalah yang memecahkan vas bunga tersebut. Ternyata Eguchi baik juga, ya . . .
∞∞∞

Comments

Popular posts from this blog

Antara Cinema 21, XXI, dan CGV, Pilih mana?

Pertemuan Kedua

Kamu: Kenangan tentang Luka dan Cinta