Ngarep ._.
“Chi. . .” Panggil seorang cowok, dengan suara
pelan. Tidak ada sahutan dari yang dipanggil. “Chier! Chieri! Ihhhhh.” Panggil
cowok tadi, kali ini dengan nada jutek dan suara yang dikeraskan.
“Hmm, apa sih, panggil-panggil, dari tadi juga
denger kali.” Jawabku.
“Denger apanya, dipanggil nggak nyaut-nyaut.”
Katanya, dia sudah mulai bรชte.
“Yeee gitu aja ngambek.” Aku tadi memang sengaja
menggodanya. Entah kenapa aku suka melakukan itu. Melihat tampangnya yang sudah
bรชte, aku jadi nggak enak juga. “Kenapa?” tanyaku dengan penuh perhatian.
“Kamu masih suka sama aku?” tanyanya
Deg. Hatiku berdegup kencang tak karuan. Keadaan
hening seketika. Aku memang menyukainya sejak dulu. Selama ini dia tahu aku
suka sama dia? Kenapa dia nanya kaya gitu, sih. Aku harus jawab apa.
“Hah?! Suka apaan? Sama siapa?” aku mencoba
membantah sebisaku.
“Kamu, sama aku?” tanyanya.
“Apaan sih. Kenapa pertanyaannya gitu?”
“Ih, Chi.. Kamu dari dulu suka sama aku, kan? Ngaku
kamu!” katanya, dengan suara . . .
“Idih, geer kamu. Ngapain suka sama kamu.” Entah
kenapa kata-kata ini keluar begitu saja dari mulutku.
“Ngaku. Aku tahu dari dulu kamu suka sama aku.
Tepatnya beberapa bulan setelah kita kelas 11, kan? Hei, aku ini bukan cowok polos. Aku punya
otak, aku bisa mikir.” Ujarnya.
“Oke. Terus kenapa? Kalau kamu tahu aku suka sama
kamu, lalu kenapa kamu diem aja? Kenapa kamu nggak nyuruh aku jauhin kamu? Aku
tahu aku bukan tipe kamu. Jadi aku bisa jauhin kamu dan nggak ngarepin kamu.”
“Awalnya biasa aja. Suatu hari aku ngerasa ada yang berubah
dari kamu. Kamu mulai kasih aku kejutan, kata-kata yang terselip di Lollypop,
kartu ucapan, dan segala hal yang udah kamu lakuin. Aku sadar kamu punya rasa
sama aku. Aku tau mood kamu suka naik-turun. Kamu suka badmood kalau aku duaan
sama dia. Tapi kamu pura-pura nutupin itu, karena kamu pikir kamu bukan
siapa-siapa aku. Aku juga udah punya dia. Kamu ngerasa nggak enak sama dia,
meskipun kalian nggak deket, tapi dia masih temen kamu. Aku tahu gimana rasanya
jadi kamu. Aku tahu.”
Deg. Dia beneran tahu? Dia tahu aku suka badmood
kalo liat dia sama ceweknya. Tapi kenapa dia diem aja. Kenapa? Kenapa? Kenapa?
Teka-teki ini terlalu sulit untuk aku pecahkan.
“Aku udah anggep kamu, sahabat aku. Kamu ada di saat
aku susah, aku senang. Di saat aku butuh bantuan. Lama-lama aku nggak bisa jauh
dari kamu. Rasanya seperti ada yang kurang. Hari-hariku terasa nggak lengkap
kalo sehari aja nggak message, chatting, ataupun kirim email ke kamu. Kepolosan
kamu, kamu yang periang, meskipun kamu ceroboh, perhatian kamu. Kamu yang unik.
Aku suka itu. Aku juga bingung dengan perasaan aku. Jujur, baru kali ini aku
tertarik sama cewek kaya kamu.”
Hei, apa dia bilang? Ceroboh? Cewek kaya aku? Tapi
aku akui aku memang sangat ceroboh.
“Kalau kamu tahu aku tahu kamu suka sama aku, aku
takut kamu jadi ngejauh sama aku. Aku takut. Apa kamu tahu? Di saat aku sedang
berdua dengan dia pun, aku suka memikirkan kamu. Membayangkan hari ini mau
chatting tentang apa lagi.”
“Tunggu. Kamu bilang kamu nggak bisa jauh dari aku.
Kamu juga suka mikirin aku di saat kamu sama Mika lagi berdua. Jadi kamu lebih
suka siapa? Siapa yang kamu pilih? Aku nggak suka di php-in kayak gini.”
Ujarku.
“Chi, kamu tuh polos, kamu masih bersih. Kamu bisa
dapetin cowok yang lebih baik dari aku. Aku suka sama kamu, aku sayang. Tapi
aku nggak bisa minta kamu jadi pacar aku. Kamu itu terlalu baik buat aku.
Mungkin kamu juga udah tahu semua sifat jelek aku.”
“Kamu nggak berhak ngatur-ngatur aku. Kamu juga
nggak bisa nilai siapa yang pantas buat aku. Yang aku suka itu kamu. Aku suka
semua tentang kamu. Entah baik jeleknya sikap kamu. Aku suka. Kita bisa saling
melengkapi. Mungkin aku juga bisa ngubah sikap negative kamu itu.” Ujarku
terisak.
๐๐๐๐
*BUKKK!!!!*
"Chier, bangun!" seru temanku sembari memukul meja untuk membangunkanku. "Gila kamu, bisa-bisanya tidur saat jam pelajaran pak Kosim. Sekarang udah waktunya istirahat, nih! Kantin, yuk?!" tambahnya.
"Eh?! tadi... tadi... Hmm... Ayo deh, karena tidur tadi aku jadi ngantuk." ๐ถ
selesai ???
Comments
Post a Comment