Old Love Story #19
”Iya, sih. Tapi, nanti kayak dulu,
kakak-adik, tapi adiknya duaan sama cowok lain, kakaknya marah. Kakaknya deket
sama cewek lain, adiknya marah! Terus, kita nggak bisa dua-duan donk? Jadi,
kamu mau kan?” Al balik tanya.
”Harusnya
kamu tahu, donk, jawabannya. ” Ucap Shasya.
”Bener
nih, berarti sekarang kita pacaran nih?” Ucap Al.
”Ya
. . bisa
dibilang begitu . . Oh ya, Putri tadi nugguin di luar, bentar, aku mau panggil
dia masuk, ya!” Pergi ke luar dan menyuruh Putri masuk.
“Eh, Shasya.”
“Put, masuk, yuk! Al mau
ngomong sama kamu.” Putri bangun dari kursi seraya berjalan masuk ke kamar rawat
itu.”
Di
dalam kamar, ”Put, thanks ya, gara-gara kamu aku jadi sadar, bahwa Shasya
adalah separuh jiwa aku.”
”Bagus
dong. Itu baru Alberth yang aku kenal. Terus, kamu udah nembak dia belum?”
Goda Putri.
“Hehe.
Tanya aja sendiri sama orangnya?” Jawab Alberth seraya menatap Shasya.
Putri
ikut menatap Shasya. Air muka Shasya jelas menandakan bahwa mereka sudah
pacaran. Putri tersenyum.
”Jadi
kalian udah resmi, nih?” Goda Putri yang hanya dijawab oleh anggukan kecil
shasya. Ketiganya tersenyum.
”Eh,
sebentar ya aku keluar dulu, mau jemput mama.” Ucap Shasya pamit. Shasya baru
saja keluar kamar rawat Alberth, ketika mama datang. Shasya menyambut mama.
Lalu keduanya masuk ke kamar rawat Al. ”Al, kamu nggak apa-apa kan, sayang?”
Tanya mama penuh perhatian.
”Nggak
apa-apa, kok, ma. Lagian di sini kan udah ada 2 peri cantik yang nemenin, ya,
nggak?” Jawab Al.
“Ih,
gombal, deh!“ ucap Shasya dan Putri berbarengan.
“Biarin,
wlee” jawab Al.
“Iya,
nih, Al dari dulu tuh emang orangnya sering ngegombal, tapi gombalannya maut,
kan? Tapi kata Shasya di depan tadi kaki sama tangan kamu . .
.”
”Ah,
nggak usah dipikirinlah, ma! Yang penting kan sekarang udah jadian.”
”Oh,
ya? Sama siapa? Akhirnya kamu bisa ngelepas bayang-bayang Kartika.”
”Iya,
donk. Dia kan yang bikin aku biasa ngelupain bayang-bayang Kartika.”
”Kayaknya
mama tahu, deh. Siapa orangnya. Selamat, ya, Shas. Lalu Putri sama siapa?”
”Dia
ma sama Yudha, ma!” Jawab Al.
“Oh,
berarti yang belum punya pasangan, Zizie, ya?” tanya Mama.
”Iya,
tante.”
”Mama
punya ide, gimana kalau Zizie sama Kevin aja? Kevin masih single kan?”
”Bagus juga,
tuh, ya kan Shas?” Tanya Al.
”Iya aku ma
iya-iya aja.”
”Kevin?
Siapa tuh, kayaknya pernah denger deh?” Tanya Putri.
”Kevin itu
Abangnya Shasya, dia lagi kuliah di Sidney ngambil jurusan bisnis.”
”Oh.”
”Bentar lagi
kan Kevin liburan, nanti aku paksa dia, deh. Udah, masalah Kevin biar aku yang
urus. Sekarang yang penting, kesembuhan kamu dulu, okay?”
”Tuh, kan, ma.
Mulai, deh. Dibilangin aku nggak apa-apa kok. Lagian kamu kan nggak
mungkin bisa nanganin semuanya sendiri.
”Kan ada
Putri sama Yudha! Ya kan Put?” Tanya Shasya.
”Iya, bener
tuh! Pokoknya kalu mau bantuin, kamu harus sembuh dulu donk!”
”Iya, deh. Aku nurut aja.
Ma, masa aku di nasihatin sama 2 cewek ini, ma. Mama aja nggak pernah marahin
aku.”
“Bukannya setiap
hari kamu di marahin mama gara-gara suka bangun kesiangan? Untung ada Shasya
yang sabar mau ngebangunin kamu.” Ujar mama.
”Ah, mama.
Jangan buka kartu, donk.” Kata Al.
”Untung aku
nolak.” Ucap Putri.
”Ih, kamu
kok gitu sih, Put? Shas, bantuin aku, donk.” Pinta Al.
”Emangnya
ada yang perlu dibantu, ya?” Jawab Shasya.
”Ma, aku mau
pulang, ya. Rawat jalan aja.” Pinta Al pada Mama.
“Memang sama
Dokternya sudah diizinin?” Tanya Mama.
”Tadi sih
kata Dokternya rawat jalan boleh, bahkan sore ini juga boleh pulang, kok.” Ujar
Shasya.
”Ya sudah
kalu gitu, Mama nanti telepon Pak Maman, supir dirumah Al, suruh dia jemput
kalian sekalian mau bayar administrasinya dulu, ya.” Ucap Mama.
”Iya.” Jawab Al, Shasya, dan Putri.
Comments
Post a Comment