Love Story #2 (pt. 2)

   Ahh, hari ini males, deh. Mulai belajar. Mana pelajaran pertama Biologi lagi! Benar-benar membosankan. Gerutu Keiko dalam hati.
            “Hey! Aku bisa duduk di sini?” Tanya Keiko pada Nicky.
            “Duduk aja.” Jawab Nicky dengan ketus.
            “Makasih.” Ucap Keiko.
            Keiko memilih duduk dengan Nicky karena ia penasaran akan cerita Radit, ia ingin mengenal Rio lebih dalam. Jadi ia memulai dari sahabat Rio terlebih dahulu, ya Nicky itu sohibnya Rio. Tahap pertama berhasil. Gumam Keiko lagi.
            “Pagi anak-anak!” Sapa bu Yulie guru biologi Keiko, ketika masuk ke kelas.
            “Pagi, Bu!” jawab anak-anak serempak.
            “Gimana liburannya?” Tanya bu Yulie.
            “Kurang, Bu.” Celetuk Fahmie.
            “Wah, sudah diberikan libur 2 minggu masih belum cukup juga?” Tanya bu Yulie lagi.
            “Iya, Bu.” Jawab anak yang tadi.
            “Ya sudah, kali ini kita tidak akan belajar dahulu, sebagai permulaan, kita akan bermain. Sebelumnya ibu akan membagi kalian menjadi lima kelompok. 1 kelomponya berisi lima sampai enam orang anak.” Ujar bu Yulie.         
            Lalu ibu sibuk memilah-milah nama siswa. Beberapa menit kemudian terbentuklah enam kelompok tersebut. Namaku terdaftar di kelompok 4. Dan entah kebetulan atau kah pertanda, aku sekelompok dengan Rio! Oh my God.
            “Silahkan kalian bergabung dengan kelompok kalian masing-masing. Dan jangan lupa nama kelompok diambil dari istilah-istilah biologi! Kalian harus membuat yel-yel, ibu beri waktu 15 menit.” Ujar bu Yulie.
            Rio, Shira, Tasya, dan Riko, itulah teman-teman sekelompokku. Dan kami sepakat untuk member nama kelompok kami Myosin. Nama itu kami ambil karena menurut kami itu nama yang unik.
            “Eh, nama kelompoknya kan udah myosin tuh, terus yel-yelnya gimana?” Tanya Tasya.
            “Aduh, otak aku mentok nih kalau masalah yel-yel.” Ucapku pasrah.
            “Wah, Keiko nih. Bikin yel-yel aja nggak bisa.” Ledek Rio.
            Aku hanya terdiam memandang wajah Rio, aku pun tak bias melepas pandanganku dari matanya. Benar kata Radit, mata coklanyat sangat tajam.
            “Heh! Malah ngelamun!” Seru Riko membangunkanku dari lamunan.
            “Iya nih, dasar Keiko. Diajak bikin yel-yel malah ngelamun.” Seru Shira.
            “Nggak, kok. Udah ah, fokus bikn yel-yel, yuk!” bantahku.
            “Huu.. bisa aja ngeless-nya.” Seru Riko lagi.
            “Ya udah dibagi-bagi aja, Shira, Tasya, Riko, aku sama Keiko.” Rio mengusulkan pendapat. Mereka menyetujui pendapatnya.
            “Keiko, muka kamu kok kaya doraemon ya? Bulet, embem lagi, hahahaha.” Ledek Rio padaku.
            “Ihh, apaan sih, kamu tuh! Udah ah, kita kan harus bikin yel-yel secepatnya.” Gerutuku, meskipun sebenarnya hatiku senang. Astaga, ada apa ini? Kenapa sama diriku? Nggak butuh sehari, sekarang aku sudah jatuh cinta sama Rio. Nggak, aku nggak boleh suka sama dia.
            “Eh, ia! Muka kamu ngasih inspirasi sama aku.”
            “Hah? Masa? Gimana coba?”
            Lalu ia mencoba menyanyikan theme song-nya Doraemon dengan lirik yel-yel, “Kami dari myosin, kelompok yang terasyik . . .” Suanya yang ngebass itu terdengar sangat lucu.
            “Hahaha.. bener juga kamu. Eh kan doraemonnya teriak, ya hai, baling-baling bambu! Kayaknya pantesnya kamu deh yang teriaknya, hahaha.” Ledekku.
            “Ih, iya kamu, lah, oneng! Kamu kan doraemon.” Dia balas meledekku.
            “Ihh, apaan sih, hai, ayo belajar biologi!” teriakku dengan menggunakan nada doraemon.
            “Ah, tuh pinter! Kaya gitu aja. Gimana Riko, Shira, Tasya?” Rio meminta pendapat yang lain.
            “Bagus, tuh. Gimana tadi liriknya?” Tanya Tasya.
            Rio mencoba mengingat-ingat lirik buatannya, aku pun ikut membantu. Tak terasa 15 menit pun telah berlalu.
            “Ya, anak-anak, silahkan ibu berikan kesempatan pertama, kelompok berapa yang ingin maju pertama? Ibu akan beri poin plus.” Ucap bu Yulie.
            “Kita mau maju, nggak?” Tanya Riko.
            “Jangan ah, nanti aja.” Pinta Shira.
            “Hahaha.. aku sih kapan aja, terserah.” Ucap Rio.
            “Eh, tapi poin plus, lho! Maju, yuk?!” Ajak Tasya.
            “Iya, maju, yu?” Ajakku lagi.
            “Ya udah deh, maju aja.” Ucap Shira pasrah.
            Aku mengangkat tanganku menandakan kelompok kita ingin tampil pertama. “Iya, kelompok empat, silahkan.” Ucap bu Yulie. Kami segera maju ke depan. Riko membuka salam, kami pun menyayikan yel-yel kebanggaan kami ini. Teman-teman tertawa saat mendengar yel-yel kami. Mereka tepuk tangan. Berikutnya kelompok 2, kelompok 3, kelompok lima, lalu kelompok 1.
            Sekarang tiba saatnya bu Yulie mengumumkan hasil penilaiannya. Kelompok empat mendapat nilai paling besar. Katanya juga, kelompok kami itu kompak, makanya bisa mendapat nilai besar.
(((

Comments

Popular posts from this blog

Antara Cinema 21, XXI, dan CGV, Pilih mana?

Pertemuan Kedua

Kamu: Kenangan tentang Luka dan Cinta