Unknown :v

       “Teet . . . teet . . . “ Bel istirahat berbunyi. Anak-anak berhamburan keluar kelas dan segera menyerbu kantin. Tetapi tidak dengan Rachel dan sahabatnya, Keisha. Mereka tampak sibuk merapikan buku. Ya, Bu Elisa, guru Bahasa Indonesia di kelas mereka, meminta Rachel dan Keisha untuk merapikan buku paket yang dipakai teman-temanya ke Perpustakaan.
       Tiba-tiba, secara tak sengaja, Rachel menabrak Ragil, cowok terpopuler di kalangan anak cewek di sekolah. Buku-buku yang dibawa Rachel pun berjatuhan.
       “Aduh! Kalau jalan lihat-lihat, dong! Punya mata nggak, sih?!” Bentak Ragil.
       ”Maaf . . . Aku nggak sengaja . . . ” Jawab Rachel lirih.
       ”Maaf, maaf ! Gampang banget kamu, minta maaf! Badan aku sakit semua, tau!” Ragil tambah memebentak.
       ”Ih, Bukannya bantuin beresin, malah marah-marah! Rachel kan udah minta maaf. Lagian, dia juga kan gak sengaja!” Bela Keisha.  
       ”Ah, dasar, kalian berdua tuh pantes tau, nggak?! Sama-sama aneh!” Bentak Ragil lagi.
       ”Udah, udah, jangan ribut gitu dong. Udah Keisha, aku nggak apa-apa kok.” Rachel melerai mereka.
       ”Udahlah Ragil, ngapain ngurusin orang aneh kayak mereka, sih? Mending kita ke kantin, sekalian cari cewek cantik.” Ajak Gilang.
       ”Betul, tuh, Bos!” Tambah Revan.
       Mendengar itu, Ragil senyum, ”Kalian bener juga. Eh, untuk kalian orang aneh, urusan kita belum selesai, ya!” Bentak Ragil kepada Rachel dan Keisha, kemudian Ragil, Gilang, dan Revan pergi meninggalkan Rachel dan Keisha.
       ”Iyalah! Aku belum puas. ” Bentak Keisha.
       ”Keisha, kamu ngapain, sih? Udah lah, biarin aja. Lagian akunya juga kok yang salah, jalan nggak lihat-lihat.” Tanya Rachel.
       ”Harusnya aku yang tanya sama kamu, kamu ngapain malah bela mereka? Aku tuh mau ngasih pelajaran sama mereka, karena aku nggak terima kamu di gituin sama mereka.” Ujar Keisha.
       ”Ya udahlah, dilupain aja. Aku nggak apa-apa, kok. Mending sekarang kita balikin ini buku-buku ke perpus.” Ajak Rachel.
       ”Cck . . . ya udah deh. Eh, Abis itu, kita ke kantin, ya! Haus banget, ni!” Jawab Keisha.
       Mereka segera merapikan buku yang berserakan dan segera mengembalikannya ke Perpustakaan. Setelah itu, seperti yang telah dibicarakan, mereka berjalan menuju kantin, dan segera memesan makanan dan minuman, serta mencari meja yang kosong.
       ”Eh . . eh . . Aku masih penasaran, kenapa kamu malah belain mereka?” Tanya Keisha.
       ”Aduh, Keisha, ya nggak kenapa-kenapa, kok. Cuma, aku nggak mau, masalah sepele kayak gitu aja, sampe di besar-besarin.” Ujar Rachel.
       ”Tunggu, tunggu, aku semakin curiga sama kamu. Jangan-jangan kamu . . . Kamu suka, ya, sama Ragil???” Tanya Keisha lagi.
       ”Ih, kamu kalau ngomong jangan kenceng-kenceng, dong!” Ucap Keisha.
       ”Hah? Berarti bener, dong, kamu suka sama Ragil? Kok, kamu bisa sih, suka sama dia? Padahal dia itu kan, anaknya playboy, suka mainin cewek, suka melihat orang dari fisik, terutama kalau lihat cewek, dan dia juga suka bentak-bentak kamu?” Tanya Keisha bertubi-tubi.
       ”Ih, kamu nanyanya kayak orang lagi ngintrogasi aja, sih? Nanyanya satu-satu, dong! Aku kan jadi pusing. Ya, ok . . ok . . aku ngaku, aku suka sama dia, dari dulu, awal masuk smp sampai sekarang, Yah, dulu, waktu masih SD, dia orangnya nggak kayak’ gitu, loh. Baik . . . dia juga care sama aku. Tapi, nggak tau kenapa, sejak masuk SMP, dia jadi berubah drastis kayak’ gitu. Huh, Ragil udah berubah.” Keluh Rachel.
       ”Hah? Jadi bener? Yah, kamunya lagi. Kok bisa sampai kayak gitu, sih. Ya, kamu yang sabar aja, deh. Saran aku, sebaiknya kamu lupain tuh, si Ragil itu. Dia itu nggak pantes buat kamu. Kamu terlalu bagus dia. Terlalu baik. Sebelumnya maaf, ya, kalau kata-kata aku ini nyinggung hati kamu.” Ujar Keisha.
       ”Mmm . . . nggak apa-apa, kok. Kamu bener, kok.” Ucap Rachel pelan.
       Dan ternyata, tanpa disengaja, Stephanie, and the gank’ mendengar percakapan mereka. Oleh karena itu, Stephanie mempunyai ide untuk merekam semua percakapan Keisha dan Rachel, untuk kemudian di berikan kepada Ragil, dan memasang berita tentang Rachel yang ternyata ’suka’ dengan ragil di mading.
       ”Itu ide yang saangat cemerlang” Ucap Natasha, berbisik pada kedua temannya, Tamara dan Stephanie.
       ”Pasti, dan bakalan heboh banget, deh” Tambah Tamara.
       ”Sebelumnya, aku mau kasih perhitungan sama Rachel.” Ujar Stephanie, dan, Stephanie pun langsung berdiri, menghampiri meja yang Keisha dan Rachel tempati,
       ”Apa tadi, kamu bilang?! Kamu, suka, sama Ragil?! Aku nggak salah denger, kan?! Eh, kamu itu, kalau ngomong, dipikir dulu, dong! Orang jelek, item, kutu buku, dan norak kayak kamu, suka sama Ragil yang ’perfect’ itu?! Iuh, jangan harap kamu bisa dapetin Ragil! Dan, bener tuh kata temen kamu itu, mending kamu jauhin Ragil, Ragil itu cuma buat aku! Ngerti, kamu?!” Bentak Stephanie, seraya mengambil segelas minuman yang dipesan Rachel, dan menumpahkannya ke muka Rachel. Perkataan yang di ucapkan Stephanie membuat semua mata yang ada hanya tertuju pada mereka bertiga.
       Rachel menangis, kemudian sambil berlari-lari kecil, pergi dari tempat itu. Keisha yang tak terima atas perlakuan Stephanie pada sahabatnya itu, langsung membalasnya dengan menyiramkan teh hangat yang tadi ia pesan, ”Itu semua belum cukup buat membalas semua perbuatan kamu! Bisa nggak, sih, kalau ngomong itu, mulutnya dijaga, dong! Dasar, cewek nggak tau malu! Eh, emang kamu siapanya, Ragil? Jadian aja nggak?! Bilang aja, kamu takut bersaing sama Rachel, kan?! ” Keisha meluapkan kekesalannya, setelah cukup puas, Keisha berlari mengejar Rachel.
       ”Awas, kamu, Keisha! Aku akan balas perbuatan kamu itu! Heh, kalian! Sana, sana, ngapain liat-liat!” Bentak Stephanie. Yang kemudian disambut suara ”Huh!” dari anak-anak yang meliat kejadian tadi.
×××
       Di dalam kelas, dilihatnya Rachel sedang menangis. Ia langsung menghampiri sahabatnya itu, dan berusaha untuk menenangkannya.
       ”Udahlah Chel, kamu jangan nagis, lagi ya! Oh, iya, aku minta maaf, ya.” Keisha mencoba menenangkan Rachel.
       ”Aku nggak nangis, kok.” Jawab Rachel seraya mengusap air mata yang jatuh ke pipinya. ”Maaf, maaf kenapa? Kamu nggak salah, kok. Nggak ada yang salah di sini. Makasih, ya, kamu udah mau jadi satu-satunya sahabat aku. Kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku punya.”
       ”Iya, kamu juga, sahabat terbaik yang pernah aku punya. Inget, bulan depan itu kita ujian. Jadi, lebih baik kita belajar yang rajin. Sekarang kamu jangan nangis lagi, ya.” Ucap Keisha.
       ”Iya, deh, aku nggak nangis lagi. Bener juga kamu, ngapain coba, aku nangisin cowok kayak dia, ntar dianya kegeeran lagi. Makasih, ya, kamu udah mencoba untuk menghibur aku.” Ujar Rachel.
       “Iya, sama-sama. Nah, gitu dong.”
×××
       Sementara itu Stephanie and the gank’ berniat untuk melaporkan hasil rekaman itu pada Ragil. Kebetulan, Stephanie nggak usah capek-capek cari Ragil, Ragil dan teman-temannya lewat di depan mereka.
       ”Ragil!!!” Sapa Stephanie.
       Merasa namanya dipanggil, Ragil menghentikan langkahnya.
       ”Kamu manggil aku? Ada perlu apa, ya?” Tanya Ragil.
       ”Iya, gini, aku punya kabar. Tadi di kantin aku sempat merekam pembicaraan Rachel dan Keisha.” Ucap Stephanie.
       ”Terus, apa urusannya sama aku?!” Tanya Ragil cuek.
       ”Ih, kamu dengerin dulu, dong, rekamannya.” Ucap Stephanie seraya menyodorkan handphone-nya pada Ragil.
       ”Aah, apaan sih..” Gerutu Ragil.
       Akhirnya Ragil menerima handphone Stephanie, lalu dia memutar rekaman yang ada di handphone Stephanie. Di situ terdengar jelas bahwa Rachel secara tidak langsung menyatakan jika dirinya menyukai Ragil.
       ”Wah, Gil, gimana tuh? Masa cewek jelek kaya dia berani naksir kamu, sih?” Ledek Gilang.
       ”Iya tuh. Hahaha...” Tambah Revan.
       Namun Ragil hanya diam, lama-lama ia mulai kesal, ”Argh! Apaan sih, ini? Nyesel aku dengerin ni rekaman, buang-buang waktu, aja! Kalau gini sih, sama aja kamu udah bikin malu aku, tau nggak?!” Bentak Ragil.
       ”Ih, kok kamu gitu, sih? Kamu kan tau aku udah lama suka ma kamu, jadi aku nggak mungkin niat untuk bikin malu kamu. Aku kan cuma mau kasih pelajaran sama Rachel. Maaf, deh.” Ujar Steph.
       ”Iya, kamu kok bukannya terima kasih sama kita.” Natasha mencoba membantu sahabatnya, Stephanie.
       ”Alah, bodo amat! Kamu lebih nggak tau malu lagi. Udah jelas-jelas aku nggak suka sama kamu, masih aja kamu ngejar-ngejar aku!” Bentak Ragil. ”Bro, udah lah, mending kita cabut. Bete aku di sini.”
       Lalu Ragil, Revan, dan Gilang pun pergi meninggalkan Stephanie yang mulai meneteskan air mata.
       Tiba-tiba Ragil membalikkan badannya, seraya berkata ”Dan satu hal lagi! Kamu dan gank’ kamu itu, jangan pernah gangguin cewe itu! Ingat itu, baik-baik!!!!”
       Stephanie hanya bisa diam. Dia hanya terdiam sembari melihat Ragil yang berjalan menjauh. Dia mulai mengusap matanya.
       ”Kenapa sih si Ragil?! Kenapa dia malah ngebelain cewek kuper itu?! Ayo dong Steph, bangkit! Masa kamu diem aja kayak gitu.” Ucap Natasha. Perlakuan Ragil serta Ucapan Natasha membuat dia semakin benci pada Rachel.
×××
       Beberapa hari kemudian, sepulang sekolah Rachel ke toilet. ”Kei, aku ke toilet bentar, ya? Kebelet nih, dari tadi. Kamu nunggu di sini aja, ya! Jangan kemana-mana?!” Ujarnya pada Keisha.
       ”Iya, bawel. Buruan!” Jawab Keisha.
Tanpa disadari, Stephanie mengikuti Rachel ke toilet dan timbul dipikiran Stephanie untuk melampiaskan amarahnya. Ia mengunci Rachel dari luar. ”Lho, kok ga bisa dibuka?! Tolong! Tolong!” Teriak Rachel dari dalam.
       Tiba-tiba Keisha mendapat sms bahwa mamanya sudah menunggu di depan gerbang sekolah. Keisha lupa, hari ini ia janji untuk menemani mama berbelanja. Keisha bimbang, dia sudah berjanji pada mama, namun jika dia pulang sekarang, kasihan Rachel. Akhirnya ia sms Rachel yg isinya meminta maaf karena ia pulang duluan.
       Sementara di area perpus yang tak jauh dengan toilet dimana Rachel terkunci Ragil cs yang sedang asyik nongkrong mendengar suara cewek meminta tolong sayup-sayup.
       ”Weh boy! Kalian denger gak, ada suara cewek minta tolong?!” tanya Ragil pada sahabatnya.
       ”Mana? Nggak tuhh.” Gilang dan Revan serempak.
       Lalu kembali terdengar suara cewek meminta tolong, kali ini agak jelas. ”Tolong! Tolong!”
       ”Wah iya tuh! Kayaknya suara itu berasal dari toilet cewek, deh.” Ucap Revan.
       ”Ayo kita ke sana!” Seru Ragil.
       ”Hey! Tunggu dulu, kali aja itu bukan suara manusia? Kalian pernah denger cerita horor tentang toilet cewek di sekolah ini nggak sih?” tanya Gilang.
       ”Aduhh, kamu itu. Hari gini masih percaya sama yang gituan? Kamu percaya ga, Van?” Tanya Ragil pada Revan sambil menahan tawa.
       ”Ya nggak lah, hahahaha, ngaco aja kamu! Ayo kita tolongin tuh cewek. Kalau ceweknya cantik kan lumayan.” Ucap Revan.
       ”Ihh, kalian kok gitu sih.” Keluh Gilang.
       ”Ah, bilang aja kamu takut.” Ledek Revan.
       ”Udah! Kalian tuh ribut aja.” Seru Ragil seraya berlari menuju arah suara cewek tersebut.
       ”Tunggu!” teriak Revan dan Gilang.
       Dan benar saja, suaranya berasal dari toilet.
       ”Tolong! Tolong! Apa ada orang di luar?! Tolong, aku terkunci!” teriak Rachel yang mulai menangis.
       ”Suara itu.. kayaknya aku kenal deh.” Gumam Ragil dalam hati. ”Rachel, itu suara Rachel! Kenapa Rachel bisa terkunci di toilet? Aku harus segera tolong dia.”
       ”Iya, sebentar, kamu jauh-jauh dari pintu, ya, kita mau dobrak pintu ini!” Ucap Revan.
       ”Hmm... Makasih ya.” Ucap Rachel.
       ”Satu... Dua... tiga...! Brruuukkk” pintu toilet berhasil terbuka.
       Revan, Gilang tak percaya bahwa ternyata perempuan yang terkunci tadi itu Rachel. Pupus sudah harapan Revan menolong perempuan cantik. ”Huhh, ternyata cewek norak ini lagi.” gerutunya dalam hati. Tiba-tiba Rachel langsung memeluk Ragil dan pemandangan ini membuat Revan, Gilang, juga Ragil heran. Ragil yang bingung membalas pelukan Rachel. Rachel menangis dalam pelukan Rachel. ”Makasih kalian udan nyelamatin aku.” ucap Rachel.
       Gilang dan Revan yang biasanya ngomel mulu kali ini diam. Rachel yang juga kaget melepaskan pelukan itu dan berlari menjauhi mereka.
       ”Dasar cewek aneh! Seru Gilang.
       ”Iya, main meluk-meluk aja!” timpal Revan.
       ”Ssst! Udah! Kalian tuh nggak ada nggak ributnya, ya!” ujar Ragil menghentikan omongan kedua sahabatnya.
       ”Ihh, kamu juga! Kok kamu mau aja dipeluk gitu ma tuh cewek aneh?! Kayaknya kamu nggak mau lepasin pelukan dia gitu.” Ujar Revan.
       ”Iya, setuju!” Ucap Gilang menyetujui Revan.
       ”Kalian itu. Udah, ah! Balik, yuk! Ke rumah aku, kita main ps?!” Ajak Ragil mengalihkan perhatian. Sebenarnya diam-diam Ragil senang dengan kejadian tadi.
       ”Huhh! Bisa aja lo nge-lessnya.” gerutu Gilang.
ÓÓÓ
       Sorenya Ragil diminta mengantarkan mamanya ke Rie Organizer bisnis milik mamanya Rachel. Mamanya sengaja meminta Ragil ikut, karena ia ingin mempertemukan Ragil dan Rachel. Orang tua mereka sudah bersahabat sejak lama. Dulu mereka juga dekat sekali, bahkan orang tua masing-masing sudah menjodohkan mereka. Namun entah kenapa, semenjak remaja, mereka mejauh, bahkan terkesan seperti musuh.
       ”Ragil, kamu bisa nganter mama ke Rie Organizer?” Tanya mama.
       ”Hah, Rie Organizer?!” Ragil terkejut. ”Itu kan bisnis Tante Erie, mamanya rachel, berarti aku bakal ketemu Rachel dong.. Ah, asyikk” gumamnya dalam hati.
       ”Heh! Malah ngelamun. Ayo buruan berangkat, tante Erie udah nunggu dari tadi.” ucap mama sambil menepuk pundak Ragil.
       ”Ehh, iya Ma. Bentar ya aku ganti baju dulu.”
       ”Buru. Mama tunggu di mobil, ya.”
       Sesampainya di Rie Organizer, ”Permisi..” Ucap mama Ragil.
       Dari dalam terlihat Rachel membukakan pintu. Rachel terkejut melihat Ragil dan mamanya yang datang. ”Eh, tante, silahkan masuk.” Ucap Rachel dengan lembut.
       ”Shinta... Silahkan duduk.” Ucap mama Rachel.
       ”Iya.” ucap mama Ragil seraya masuk lalu duduk yang diiringi dengan Ragil.
       ”Ini minumannya, tante.” Ucap Rachel seraya duduk.
       ”Makasih sayang, sekarang kamu tambah cantik, ya.” Ucap mama Ragil.
       ”Ah, tante bisa aja.” pipi Rachel memerah.
       ”Ragil juga tambah ganteng, ya. Nggak kerasa anak kita udah sebesar ini, waktu berjalan dengan cepat. Rasanya kemarin itu mereka masih kecil, main bareng, aduhh lucunya.” Ujar mama Rachel.
       ”Hahaha.. iya ya, Rie. Nggak kerasa.” Ucap mama Ragil. ”Ragil, mama mau cerita-cerita, lebih baik kamu main sama Rachel gih.”
       ”Ah, mama.” gerutu Ragil, yang sebenarnya Ragil sangat senang namun malu.
       ”Iya, Rachel, kamu ajak main Ragil ke taman belakang.” Ucap mama Rachel.
       ”Iya, Ma.” ucap Rachel.
       ”Gil, kita main ke belakang, yuk?!” Ajak Rachel.
       Mereka lalu keluar rumah lalu berjalan menuju taman. Mereka sebenarnya sama-sama canggung, karena baru kali ini mereka berdua mengobrol sedekat ini.
       Ragil mencoba memulai percakapan, ”Eh, soal kejadian kemarin...” tiba-tiba Rachel motong, ”Oh iya! Soal kejadian kemarin aku minta maaf ya, udah meluk-meluk kamu seenaknya gitu.” Ucap Rachel.
       ”Haha, iya, nggak apa-apa kok, santai aja kali.” Ucap Ragil. ”Kok bisa sih kamu ke kunci di dalem toilet?” Tanya Ragil.
       ”Iya, nggak tahu tuh, ada anak jail deh kayaknya.” Jawab Rachel.
       ”Hmm.. jangan-jangan ulah Stephanie dan gengnya lagi!” Seru Ragil.
       ”Ssstt! Jangan nuduh sembarangan, ah! Belum ada bukti, kan..”
       ”Ih, kamu tuh masih kayak dulu, deh, polos banget.”
       ”Masa, sih? Aku kan cuma nggak mau nuduh orang sembarangan tanpa bukti.” Kini suasana diantara mereka mulai mencair. ”Hmm bener kan, feeling aku, kamu itu cowok baik-baik. Tapi kenapa sekarang kamu berubah, ngejauhin aku, kamu juga playboy, kenapa?! Kamu malu main sama aku?” Tanya Rachel lirih.
       ”Heh! Enak aja kamu ngomong sembarangan! Aku tuh kaya gini karena kamu tahu!”
       ”Lho, kok gara-gara aku?”
       ”Asal kamu tahu, dari dulu aku tuh suka sama kamu, sifat kamu yang ramah, sopan, baik, kepolosan kamu, aku suka semua yang ada di diri kamu. Aku care. Waktu itu aku berniat untuk nyatain perasaan aku, tapi aku malah dengar berita nggak enak, katanya kamu jadian sama Kevin si playboy itu. Gara-gara itu aku selalu ngehindar dari kamu.”
       ”Hah?! Jadian sama Kevin?! Nggak lah! Kamu kan tahu aku paling nggak suka sama playboy. Kok bisa kamu percaya gosip gitu aja, kenapa kamu nggak nanya langsung ke aku?! Terus kenapa sekarang kamu malah jadi ikutan playboy?!”
       ”Aku nggak playboy, kok. Kedua teman aku itu yang suka memengaruhi aku. Jujur dari dalam hati aku, aku cuma sayang kamu Chel, setiap hari aku mikirin kamu. Maafin aku, ya Rachel. Jujur aku nggak tega tiap ngeliat anak-anak di sekolah ngejailin kamu, tapi...”
       ”Ya ya ya... aku ngerti kok, kamu malu kan sama kedua teman kamu itu, kamu nggak mau mereka tahu kalo sebenarnya kamu itu suka sama cewek norak kaya aku?!” goda Rachel.
       ”Ihh, maafin aku dong. Kamu juga sih, kamu itu kan cantik, baik lagi, kenapa kamu tiba-tiba jadi orang norak gitu sihh?”
       ”Huh! Aku tahu kok kalau aku cantik, justru aku sengaja ngerubah image aku biar nggak ada cowok yang suka sama aku. Aku cuma mau kamu aja yang ngisi hati aku, nggak ada yang lain. Eh kamu malah ikut ngejauh. Dan itu nyadarin aku, kalau ternyata kamu itu nggak sebaik yang aku kira.”
       ”Hah?! Gitu, ya?! Maafin aku dong, kan aku juga shock, kamu ganti penampilan gitu. Aduh, kita tuh kocak banget, yaa! Hahahahaha.”
       ”hehehe.. jadi sekarang kita baikan nihh?”
       ”Iya, aku minta besok kamu nggak usah dong ganti-ganti penampilan kamu itu, nggak banget deh. Dan, mau nggak kamu jadi cewek aku?”
       Belum sempat Rachel menjawab tiba-tiba Ragil dipanggil mamanya, mereka harus bergegas pulang karena hari sudah mulai larut.
ÓÓÓ
       Keesokan paginya di sekolah. Ragil dan Rachel berangkat sekolah bareng.
Mereka kini sudah baikan, tiada lagi kesalahpahaman di antara mereka. Meskipun sebelumnya Ragil sempat kecewa karena Rachel masih berpenampilan norak.
       Semua orang terheran-heran melihat Ragil dan Rachel jalan berdampingan masuk ke kelas, tak terkecuali Revan, Gilang, dan Stephanie cs.
       ”Ragil?!!” Seru Revan.
       ”Ragil, kamu baik-baik aja kan? Kok kamu bisa... jalan.. sama.. cewek i.. ini.. sih?” tanya Steph.
       ”Kenapa Steph? Aku baik-baik aja kok. Dan mulai sekarang nggak ada yang boleh godain Rachel. Karena siapa aja yang berani sama Rachel, berarti dia nyari masalah denganku! Dengar?!” Ujar ragil di depan teman-teman.
       ”Ragil! Apa-apaan sih, aku malu tahu. Selalu deh, dari dulu kamu itu.”
       ”hahaha.. udah, nggak apa-apa kali, say.”
       ”Oh iya, nanti malem aku ngadain party di rumah, kalian dateng yaa, pesta kostum, kalian juga harus memakai topeng, ada pesta dansanya juga lho!” ujar Ragil lagi.
       ”Oh, iya ya, hari ini kan kamu ultah, aduh kok aku bisa sampai lupa, ya?” keluh Stephanie.
       ”Gimana sih kamu! Masa kamu lupa ultah Ragil?! Katanya naksir?!” goda Revan.
       ”Huh! Bawel! Pastinya nanti malam aku akan datang dan menjadi putri tercantik!” Ucap Stephanie yakin.
       ”Kok kamu bisa yakin gitu?! Kamu tuh mau ke salon berapa lama pun, seberapa mahal pun, nggak akan ada yang bisa nandingin dia.” Ujar Ragil.
       ”Dia?! Siapa?” Tanya Stephanie heran.
       ”Pasangan dansa aku nanti malam.”
       ”Wah, kerennn! Nggak sabar nih nunggu malam! Pasti banyak makanan dan cewek-cewek cantik pastinya.” Ucap Revan dan Ragil.
       Malamnya, rumah Ragil disulap bak hotel berbintang lima, meriah sekali. Banyak tamu undangan yang datang, teman-teman Ragil, teman Rachel, juga teman papa-mama Ragil.
       Sebelum acara mulai, akan ada sambutan dari papa Ragil.
       ”Terimakasih kepada para tamu undangan, teman-teman Ragil yang telah datang, karena kehadiran kalian menambah meriahnya suasana malam ini. Sebenarnya ada yang lebih spesial dari acara ultah anak semata wayang kami ini. Yaitu kami ingin memberitahukan bahwa anak kamu Ragil akan dijodohkan dengan Rachel. Kami memohon doa restu dari kalian semoga perjodohan ini lancar. Aamiin.
       “Apa?!!!! Aku nggak salah dengar, kan guys?!” Teriak Stephanie.
       “I . . i . . iya ko Steph. Ra . .  Ragil dijodohin sama Rachel” ucap Natasha yang sama shocknya dengan Stephanie.
       “Ok, langsung aja. Ragil dan Rachel diharap menuju ke atas panggung.”
       Rachel berjalan di atas karpet merah didampingi oleh Ragil. Setiap mata yang ada memandang pasangan yang nampak bahagia tersebut, terlebih memandang kecantikan Rachel. Rachel menggunakan dress selutut berwarna merah dan dengan riasan yang sederhana membuatnya nampak begitu anggun saat itu.
       “Van! Itu beneran Rachel?” Tanya Gilang tak percaya.
       “Iya, sulit dipercaya. Tapi itu benar-benar Rachel.” Ucap Revan.
       Mereka tak bisa memalingkan pandangan mereka dari Rachel. Mereka terpesona oleh kharisma yang dipancarkan Rachel.
       Lalu Ragil dan Rachel saling bertukar cincin. Ragil memasangkan cincin berwarna perak ke jari Rachel, begitu pun sebaliknya. Kini mereka resmi berpasangan. Bukan hanya sebagai pacar, namun mereka kini resmi bertunangan. Seusai acara bertukar cincin, Ragil menggandeng tangan Rachel, mengajaknya menghampiri kedua sahabatnya.
       “Gimana, Bro? Cantik, kan?! Lebih cantik dari foto-foto cewek yang kalian tawarkan padaku. Seleraku tinggi, kan?” Goda Ragil seraya menyiku Revan yang dibalas dengan anggukan dari kedua sahabatnya.
       “Iya, Gil. Pantas aja kamu nggak pernah tertarik dengan cewek-cewek yang kita kenalin. Ternyata . . .” Ujar Revan.
       “Iya, benar, Van! Kok kamu nggak pernah bilang sih sama kita, kalau kamu punya cewek cantik seperti ini. Disimpen sendiri aja.” Tambah Gilang.
       “Ngapain aku cerita-cerita ke kalian? Rachel ini kan Cuma milik aku seorang. Hanya aku yang boleh melihat kecantikannya :p “
       Rachel tersipu malu mendengar obrolan ketiga cowok tersebut.
       “Eh iya, Chel, kita mau minta maaf.” Ucap Gilang.
       “Iya nih, kita minta maaf selama ini udah salah menilai kamu.” Tambah Revan.
       “Iya. Aku udah maafin kalian dari sebelum kalian minta, kok.” Jawab Rachel.
       “Makasih Rachel, kamu memang cewek yang baik.” Ucap Revan dan Gilang.
       Tiba-tiba terdengar suara teriakan, “Racheeeel!” yang tak lain adalah suara Keisha.
       “Hei, Keisha!” seru Rachel, lalu keduanya berpelukan.
       “Selamat, ya! Aku turut bahagia untuk kalian berdua.” Ucap Keisha.

The END
      

      





Comments

Popular posts from this blog

Antara Cinema 21, XXI, dan CGV, Pilih mana?

Pertemuan Kedua

Kamu: Kenangan tentang Luka dan Cinta