the Brothers (Ben)

The Beginning
Waktu SMP, baru kenalan sama internet, dan saat itu belum punya modem, jadilah warnet sebagai tempat nongkrong aku. Tempat ngabisin uang dan ngabisin waktu. Di situ aku ketemu seorang cowok.
"Wah, lumayan cakep, keren, haha. Eh, tapi kok, kaya pernah liat, di mana ya? Ah, mukanya pasaran kali." ujar aku dalam hati.
Besoknya aku ke warnet itu lagi. Ada anak itu lagi. Semakin sering ngeliat cowok itu di warnet, bikin aku penasaran. 
"Ih, beneran deh, siapa sih dia?" Ucapku dalam hati. 
"Eh, kok pake seragam smp aku? Apa dia satu sekolah, ya sama aku? Atau jangan-jangan, kakak kelas?" Aku mengamatinya diam-diam. 
"Kelas 8? Sama dong sama aku. Siapa ya? Ih tapi mukanya jutek. Serem." 
Belakangan akhirnya aku tau siapa dia. Dia satu ekskul sama aku, hahaha.
# # #
SMA . . .
Kelas 10
Kita satu sekolah lagi. Hei, aku suka sama dia. Hmm, mungkin lebih tepatnya sama jaketnya. Lho, kok bisa?! Iya. Dia dari jaman SMP, suka pakai jaket. Dan diantara sekian banyak jaketnya, aku suka liat dia pake jaket garis-garis, perpaduan warna hitam dan abu-abu. Saking sukanya nih, aku sampai beli jaket yang mirip kaya gitu. Garis-garis. Tapi tetep bagusan jaket dia sih.
# # #
Awal kelas 11
Kebiasaan aku kalo lagi panik, aku nggak bisa mikir panjang. Aku orangnya ngga gampang menyesuaikan diri. Jadi pas tau aku masuk kelas Ipa 2, aku spontan nyari temen yang waktu kelas X-nya bareng, dan langsung ngajak duduk bareng. Sebut aja Ela. Padahal di kelas X, aku ada trouble sama Ela. Aku nggak suka sama dia. Kita nggak cocok. Hingga suatu hari, aku nggak betah duduk sama dia. Aku pindah ke tempat yang kosong dan satu-satunya tempat kosong di kelas itu ya sebelahnya Ben, si cowok misterius di warnet itu. 

Personal
Ben dikenal jutek, cuek, jail, males, dan seabrek sikap negatif lainnya. Tapi aku percaya, nggak ada manusia yang sempurna, nggak ada orang yang benar-benar baik, dan nggak ada juga orang yang benar-benar buruk, itu teoriku. Kadang aku berpikir, Ben nggak punya hati, dan kalaupun punya, pasti terbuat dari baja. Ya, kalau dia beneran punya hati, punya perasaan, pasti dia akan sakit saat diledek teman-teman, akan sakit jika dimarahi guru. Tapi aku nggak liat itu dari Ben. Makanya aku punya misi, membuat Ben menjadi anak yang lebih baik dari sebelumnya. (^_^) 

Comments

Popular posts from this blog

Antara Cinema 21, XXI, dan CGV, Pilih mana?

Pertemuan Kedua

Kamu: Kenangan tentang Luka dan Cinta