Pesta Tahun Baru yang Berkesan

          Catur wulan ke-2 telah selesai hari ini. Pak Guru mengundang murid-muridnya untuk merayakan pesta tahun baru untuk makan onde-onde di rumah pak guru tanggal 3 jam satu siang. Mereka boleh mengenakan baju apa saja, seperti kimono.
          “Baru sekali ini Pak Guru bikin pesta tahun baru di rumah!” Ujar Yukko heran.
          “Mau pakai baju baru . . . atau pakai kimono, ya . . . “ Tanya Mari Chan.
          “Aku sih mau pakai kimono! Pokoknya cakep banget, deh!”
          “Nenek mengirim kimono yang mama pakai waktu kecil. Ada sabuk yang baru juga, lho! Warnanya pink, pokoknya cakep deh!” Ujar Miiko.
          “Asyik, nih!” Goda Yukko.
          “Aku juga mau dandan, ah!” Seru Mari Chan.
          Padahal Tappei nggak suka manis, Cuma Karena ia mendengar Miiko akan datang ke pesta pak guru, jadinya ya, ikut. Ya, biasalah namanya orang suka! Ya, nggak?
          Tanggal yang ditunggu pun tiba. Seperti yang telah diucapkan, Miiko pergi dengan memakai kimono pemberian sang nenek.
          “Wah, pantas sekali!” Ucap mamanya kagum.
          “Iya, cantik banget!” Papanya menimpali.
          Jadi mirip putri!” Mamoru pun nggak mau ketinggalan ikut menimpali.
          “Aku jadi pingin cepat-cepat pamer ke teman!” Ujar Miiko.
          “Janjinya jam satu, kan? Masih banya waktu! Kamu jalan-jalan sebentar, deh. Hati-hati, ya!” Mamanya menyarankan. Miiko menuruti saran mamanya, ia pergi ke luar untuk berjalan-jalan. Dan di luar pun banyak yang bilang Miiko manis, Miiko cantik. Tiba-tiba, ketika Miiko sedang asyik berjalan-jalan, ada seekor anjing lewat di depannya. “Guk! Guk! Guk!” Anjing itu menggeram. Miiko yang ketakutan akhirnya lari, tak disangka ia akan tersandung. Karena hidungnya luka, Miiko memutuskan untuk pulang ke rumah.
          “Aku jatuh sakit . . . “ Ucap Miiko lirih.
          “Miiko nggak apa-apa?” Tanya papanya.
          “Ayo, cuci muka dulu!” Suruh mamanya.
          “Tapi kan sakit, maaa!” Miiko berteriak menahan rasa sakit.
          “Ayo, mama lap mukamu!” Suruh mamanya kembali.
          “Mau pakai perekat luka?” Tanya Mamoru.
          “Sebentar lagi jam satu, lho!” Papanya mengingatkan.
          “Nggak mau pergi!” Bentak Miiko.
          “Lho, kenapa! Kau ditunggu pak guru!” Tanya Mamanya.
          “Nggak mau! Semuanya dandan cantik . . . sedangkan mukaku kayak begini!” Jawab Miiko. “Aku mau telepon, bilang nggak pergi”.
          “Halo pak guru, ini Yamada . . . “
          “Yamada, ayo cepat ke sini! Semua sudah menunggu!”
          “Miiko pakai kimono sakep, kan?! Cepat datang dong!”
          “Iya, Ayo, Yamada!”
          “Miiko, cepat datang, aku bawa kamera, nih!”
          “Mari Chan, aku . . . tadi aku jatuh, sekarang hidungku . . . tapi hidungku jadi merah . . .”
          “Nggak ada yang peduli! Kami belum makan onde, sengaja nungguin kamu! Ayo cepat! Sudah, ya! Pokoknya datang!” Mari Chan menutup telepon.
          “Mari Chan bilang apa?” Tanya Mama.
          “Dia bilang nggak pa-apa, cepat datang . . . “ Jawab Miiko.
          “Tuh, kan! Kamu sudah pakai kimono cantik, nggak ada yang melihat hidungmu!” Ujar Mama. Karena dipaksa akhirnya Miiko pergi ke rumah pak guru.”Hati-hati di jalan! Jalannya pelan-pelan, ya!” Papa dan mama mengingat- kan. Setelah berjalan beberapa menit, Miiko sampai di depan rumah pak guru. Ternyata pintu rumah pak guru nggak dikunci, jadi Miiko masuk.
          “Selamat siang . . . “ Sapa Miiko. Teman-teman Miiko yang mendengar sapaan Miiko, serentak keluar. “Hei, Miiko! Lama betul . . .”
          “Selamat tahun baru! Semoga di tahun baru ini penuh dengan keberuntungan!” Ucap Miiko. Miiko bilang semoga penuh keberunrungan, tapi dirinya sendiri . . .  Teman-temannya jelas menertawakannya,“Hahahahaha!”
Yang lain pada tertawa, tapi Tappei diam lho! Ia yang biasanya sering iseng sama Miiko, kali ini nggak ketawa? Hmm kira-kira kenapa, ya?!
          “Kau baik-baik saja, Yamada? Hidungmu sampai merah begitu . . .” Tanya istri pak guru. “Mau kuambilkan obat?” Tanya pak guru.
          “Betul lho! Hahahaha . . .”
          “Hahahaha, nggak apa-apa kok!”
          “Kimono Miiko bagus, ya . . .”
          “Kimono Yakko juga bagus! Baju Mari Chan juga cantik!” Ujar Miiko.
          “Hihihi, makasih!” Jawab Mari Chan.
          Acara makan-makannya sudah dimulai, tapi Miiko malah menyendiri di sudut ruangan. Tappei yang tahu hal itu, membawakan onde-onde untuk Miiko.
          “Nih, hati-hati ya makannya. Masih panas, tuh.” Ucap Tappei sambil memeberikan onde-onde. Miiko heran melihat sikap Tappei yang berubah menjadi baik begitu. “Iya . . . makasih.”
          Tapi Tappei akhirnya malah meledek Miiko, “Masih tahun baru begini, kau sudah bikin ketawa!” Miiko uang diledek langsung memalingkan muka dari hadapan Tappei. Tappei merasa bersalah, “Yamada.” “Apaan, sih!” Jawab Miiko. “Yamada!” Panggil Tappei kembali, tangannya sambil menutup luka Miiko dari kejauhan. Miiko yang melihatnya bingung.
          “Kalau dilihat begini, manis lho!” Ucap Tappei. Miiko yang mendengar hal itu kaget. Kemudian Kenta mengajak Tappei bermain bulu tangkis di luar. Yang memenangkan pertandingan, akan mendapatkan jus.
          “Aku yang pertama!” Teriak Miiko.
          “Ayo, Miiko harus menang!” Teman-teman Miiko menyemangati. Tahu nggak, siapa yang menjadi lawan mainnya? Tappei lho! “Pukul Miiko! jangan menyerah!” Sorak teman Miiko kembali.
          Semoga tahun ini . . . Jadi tahun yang baik bagi semua!
∞∞∞

Comments

Popular posts from this blog

Antara Cinema 21, XXI, dan CGV, Pilih mana?

Pertemuan Kedua

Kamu: Kenangan tentang Luka dan Cinta