Ayo ke Festival BUdaya!

          Di suatu hari minggu yang cerah di musim gugur. Miiko pergi jalan-jalan ke Festival Kebudayaan SMU. Kakaknya Mari membuat warung kopi di sana. Miiko pikir, siswi SMU itu mengagumkan. Pakai seragam bagus, punya handphone . . . betul-betul seperti orang dewasa . . . Miiko sudah siap untuk berangkat.
          “Silakan mampir ke kafe kami!” Teriak salah seorang pedagang.
          “Ayo, Ayo!” Pedagang yang satu dan yang lainnya berebutan mencari pelanggan.
          “Wah, hebat!” Pikir Miiko kagum.
           Ada seorang kakak laki-laki datang memberikan sebuah pamflet. Dari pamflet tersebut, Miiko berusaha mencari letak kafe kakaknya Mari. “Wah, banyak sekali . . . Kafe kakaknya Mari di mana ya? Oh ya, dia kan kelas satu kalau nggak salah?” Tanya Miiko dalam hati bingung.
          Tiba-tiba seorang kakak laki-laki memakai topeng hantu dan membawa Papan bertuliskan rumah hantu menoel Miiko dari belakang.
          “Siapa?” Tanya Miiko seraya membalikkan muka.
          “Lagi cari apa?” Tanya kakak tersebut.
          Miiko berteriak karena kaget melihat kakak itu, dan ketakutan.
          “Huwa!!! Pas . . . pasti yang bikin rumah hantu . . . Aku . . . mau cari warung kopi siswi kelas 1 . . .” Jawab Miiko dengan ketakutan.
          “Oh, anak kelas 1 B. Ku antar, ya!” Kata kakak tersebut dengan ramah. Seraya menunjukkan jalan.“Nah, di sekitar sini.”
          “Terima kasih, Kak!” Miiko mengucapkan terima kasih.
          “Iya sama-sama, nanti mampir ke rumah hantu kami, ya di lantai 2!” Jawab kakak tersebut seraya pergi untuk mencari pelanggan lagi.
          Di sana Miiko mendapat bunga dari salah satu kakak yang tergabung di klub bunga. Miiko juga di gambar oleh kakak perempuan yang baik. Ternyata asyik juga main ke Festival Budaya sendirian . . . Rasanya seperti sudah jadi orang dewasa, pikir Miiko. Seraya mencari warung kopi kakak Mari. Dan akhirnya ketemu juga dech!
          “Selamat datang!” Ucap salah satu pelayan, manis.
          “Ada kakak Mari nggak ya?”  Miiko berkata dalam hati seraya mencari kakak Mari.
          “Eh, kamu Miiko kan temannya Mari Chan, ya?” Tanya salah satu pelayan yang ternyata adalah kakak mari.
          “Iya, Kak” Jawab Miiko.
          “Terima kasih mau mampir! Pesan apa nih?” Tanya kakak Mari.
          Seraya melihat daftar menu, “Mmm, aku pesan ice coffe aja dech!”
          “Wah, seperti orang dewasa saja!” Ucap Kakak Mari.
          “Sebetulnya aku mau cream soda tapi . . . “ Jawab Miiko.
          “Tunngu sebentar, ya. Kakak buatkan dulu!” Seru Kakak Mari.
          “Iya, Kak.” Jawab Miiko.
          Beberapa menit kemudian kakak Mari datang sambil membawa sebuah ice coffe beserta cheese cake.”Ini, ice coffenya.Dan cheese cake ini untuk mu! Sirupnya mau berapa?” Tanya kakak Mari.
          “Sirupnya nggak usah deh,Kak! Terima kasih, Kak!” Jawab Miiko sambil melahap cheese cake. Hihihi . . . orang dewasa, piker Miiko. Kemudian ada seorang kakak laki-laki menghampiri mereka.
          “Ini adikmu, ya?Imut, ya! Adik kelas berapa?” Tanya kakak itu.
          “Bukan, ini teman adikku.” Jawab Kakak Mari.
          “Iya, aku kelas 5 SD.” Jawab Miiko. Dia bilang aku imut, padahal aku sudah belagak dewasa.
          “Pertunjukan live Sugiki sudah dimulai lho! Kita ke sana, yuk!” Ajak kakak tadi mengingatkan kakak Mari.
          “Pertunjukan musik? Sudah dimulai, ya? Yuk, kami duluan!” Ucap kakak Mari seraya berjalan meningglkan warung kopi.
          Miiko yang tadinya mengira diajak melihat pertunjukan musik tersebut, hanya bisa terdiam lemas. Karena ditinggalin sendirian, akhirnya Miiko memutuskan untuk mampir ke tempat Rumah Hantu.
          “Wah, betul-betul datang!” Kata kakak yang tadi.
          “Terima kasih atas bantuannya tadi, ya Kak!” Miiko mengucapkan terima kasih.
          “Nggak apa-apa, kebetulan tamu kami cuma sedikit. Yuk, masuk!” Ajak kakak tersebut.
          Ketika Miiko masuk ke dalam rumah hantu, Tappei datang mencari Miiko. Miiko yang berada di dalam berusaha menahan rasa takutnya dengan cara berlari. Tetapi Miiko tidak berhasil mencari jalan keluar. Meskipun sebenarnya Miiko ketakutan, tapi ia tetap menahannya. Tiba-tiba muncul makhluk menyeramkan mendekati Miiko. Akhirnya Miiko tidak tahan lagi menahan rasa takutnya, sehingga ia berteriak dengan begitu kerasnya. Keraaaaassss sekali, mengagetkan orang-orang yang berada di luar. Penjaga arena rumah hantu masuk ke dalam arena karena mendengar teriakan itu. Ternyata ia menemukan seorang anak kecil yang tengah ketakutan, yang tak lain adalah Miiko. Akhirnya Miiko di bawa keluar.
          “Kenapa seorang anak kecil ini dibiarkan masuk sendirian!” Bentak seorang penjaga kepada temannya.
          “Nggak kukira dia bakal setakut itu . . . “
          “Kau nggak luka, kan? Maaf, ya . . . Sendirian, mana mama mu?”
          Karena kejadian tadi, akhirnya Miiko memutuskan untuk pulang.
          “Maaf, ya. Kau nggak apa-apa kan?”
          Tiba-tiba Tappei datang dan melihat Miiko. “Yamada!” Teriaknya.
          Miiko yang mendengar suara itu, langsung berlari ke arah Tappei dan menangis di pelukannya. “Hu . . hu . . hu . . “. Tappei yang tak mengerti hanya terdiam.
          “Sedihnya! Aku kan belum punya pacar!” Ujar kakak yang tadi, mengira kalau Miiko dan Tappei pacaran. Miiko dan Tappei berjalan meninggalkan rumah hantu tersebut.
          “Kau kenapa masuk rumah hantu itu sendirian? Padahal jelas-jelas kaukan pengecut!” Tanya Tappei.
          “Ta . . tapi . . waktu aku datang ke sini, aku merasa seperti orang dewasa. Jadi, kukira aku bakal baik-baik saja . . . “ Ujar Miiko menyesal.
          “Eh, kita minum dulu, yuk!” Ajak Tappei.
          “Kebetulan, aku haus!” Jawab Miiko.
          Setibanya di sebuah warung.
          “Kau mau pesan apa?” Tanya Tappei.
          Sambil melihat daftar menu, “Aku pesan cream soda aja dech!”   
          Minuman yang mereka pesan pun datang.
          “Mmm, enak, ya!”
          Ternyata Mari tadi menelpon ke rumah Miiko, tetapi kata mama Miiko, dia pergi sendirian. Tapi ternyata, dia datang bersama Tappei. Yukko juga pergi sama Kenta, “Eh, Mari?!” Tanya mereka berdua.
          “KENAPA AKU DI TINGGAL SENDIRIAN ?!?!” Bentak Mari marah.
∞∞∞

Comments

Popular posts from this blog

Antara Cinema 21, XXI, dan CGV, Pilih mana?

Pertemuan Kedua

Kamu: Kenangan tentang Luka dan Cinta