Cerpen


                “Hey!!!” Seru Keisha membuat Chieri terbangun dari lamunannya.
            “Eh, Keisha… Kamu bikin aku kaget, deh. Untung aku nggak jantungan, kalo jantungan terus pingsan kan bahaya.. Gimana coba?!” Gerutu Chieri.
            “Haha… Kamu itu, ada-ada aja. Lagian kamu juga sih, tadi kamu lagi ngelamun, kan?! Hayo, mikirin apaan?!” Tanya Keisha.
            “Ng.. nggak, ko. Aku nggak lagi mikirin apa-apa. Ah.. udah, deh. By the way, kok kamu tumben pagi-pagi gini udah berangkat?” Chieri mencoba mengalihkan pembicaraan.
            “Ih.. tuh, kan? Kamu pinter ngalihin pembicaraan. Tau nggak hari ini kan hari Selasa. Giliran aku piket.” Jawab Keisha seraya melanjutkan kembali tugasnya, yaitu bersih-bersih kelas.
ÙÙÙ
Tetttttteettttttettttttttteettttteetttttttttttt!!! Bel istirahat berbunyi. Anak-anak berhamburan ke luar kelas dan langsung menyerbu ruang makan.
“Hai.. Hai.. Eh, menu Lunch kali ini apa?” Tanya Chieri pada Keisha yang kebagian jadi petugas konsumsi.
“Menu kali ini ada Pancake Gandum sama Choco Shake.” Jawab Keisha.
“Oh.. Asyik, dong! Haha.. jadi laper, nih. Eh, kayaknya kamu sibuk banget. Aku bantu, deh!” Seru Chieri.
“Aduh, Chieri… Nggak usah, deh. Maaf udah ngerepotin.” Jawab Keisha.
“Udah, nggak apa-apa, kok. Kita kan sahabat, harus saling tolong menolong.” Ucap Chieri.
Tiba-tiba Kevin datang “Hai semuanya!!! Eh, menu Lunch-nya apa?” tanyanya. “Mmm… Ada Pancake Gandum ama Choco Shake.” Jawab Chieri.
“Mm.. Kayaknya enak, tuh! Aku minta jatah yang banyak, donk!” Pinta Kevin.
“Huu.. maunya.. Nggak boleh!” Keisha menolak.
“Huhuuh, Keisha jahat!” Goda Kevin.
“Mm.. ini, jatah aku buat kamu aja, deh.” Ucap Chieri.
Kevin terkejut mendengar ucapan Chieri, “Serius?! Nggak apa-apa ni?” Tanya Kevin, Chieri hanya mengangguk tanda iya.
“Nggak usah deh… Kamu kan suka banget Pancake.” Ucap Kevin lirih.
“Hey! Kamu juga kan suka. Udah, buat kamu aja. Aku nggak apa-apa, kok.” Jawab Chieri.
“Mmmm…” Kevin terus memutar otaknya, dan… Aha!!! Tampaknya dia sudah menemukan ide. “Gini aja, gimana kalau kita makan sama-sama?!” Tanya Kevin. Tanpa piker panjang, ia menarik lengan Chieri dan membawanya menuju kursi terdekat.
Melihat kejadian itu Keisha berteriak, “Lho.. Lho..!!! Chieri!!! Kamu mau kemana?! Kamu kan janji untuk bantu aku?!”
“Maaf ia Keisha.. Lain kali aku bantu kamu deh. Haha..” Chieri hanya tertawa.
“Ck..ck..ck… Dasar anak-anak jaman sekarang” Keluh Keisha.
“Kevin.. Kamu tuh…” Keluh Chieri.
“Haha…” Kevin hanya tertawa.
“Iiih, kamu. Kasian Keisha, kan..” Ucap Chieri.
“Udah, sekarang kita makan, yu?! Selesai makan, kita bantu Keisha, OK?!” Tanya Kevin yang dibalas dengan anggukan Chieri.
ÙÙÙ
Lagi-lagi Chieri melamun. Ia masih memikirkan ucapan peramal yang tak sengaja ia temui di jalan pulang menuju rumahnya. Peramal itu berkata bahwa dalam waktu dekat ini Chieri akan dekat dengan seorang anak laki-laki yang sebaya dengannya. Namun kedekatan itu tak lebih hanyalah sebatas teman. Peramal itu pun berkata bahwa anak laki-laki itu memiliki tubuh yang tinggi dengan kulit yang berwarna hitam manis.
Lalu dari lamunannya, tiba-tiba ia membayangkan wajah Kevin, ia membandingkan Kevin dengan sosok laki-laki yang diucapkan peramal itu. Memang, Kevin mirip dengan laki-laki itu. Namun, Chiri bingung, jika laki-laki itu benar Kevin, ia tidak mempunyai perasaan apa-apa.
Hingga akhirnya ia berpikir untuk kembali menemui peramal itu. Ia mencoba kembali mengingat-ingat di mana ia dulu pernah bertemu dengan peramal itu. Setelah ingat, ia mencoba menuju tempat itu. Tapi, di tempat itu tidak ada seorang pun. Bahkan tempat itu kini berubah menjadi Toko Buku. Akhirnya Chieri pulang dengan tangan kosong.
Tiba-tiba Keisha datang dan menepuk pundaknya, ”Hei!” seru Keisha. Chieri yang terkejut dengan kedatangan Keisha membuat ia terbangun dari lamunan. “Keisha?!”
“Tuh, kan… lagi-lagi kamu melamun.” Ucap Keisha.
“Nggak, ko.” Bantah Chieri.
“Kalau aku sering perhatiin, sih. Kok, akhir-akhir ini, kamu sering melamun, sih? Kamu lagi ada pikiran , ia?” Tanya Keisha curiga.
“Hah? Jadi, kamu sering perhatiin aku, ia?” Chieri mencoba nge-les.
“Ih, ge-er nya mulai, kan. Ayo, mikirin apa?” Tanya Keisha kembali.
“Nggak, kok. Aku nggak mikirin apa-apa.” Jawab Chieri.
“Eh, kamu naksir Kevin, ia?” Tanya Keisha.
Pertanyaan Keisha membuat Chieri kaget. “Apa?! Aku suka ma Kevin? Ngarang kamu! Tau dari mana, aku suka ma Kevin? Dia kan banci..” Bantah Chieri.
“Hayo..? Ngaku aja.. Aku sering banget perhatiin kamu. Kamu tuh kayaknya deket banget ma Kevin. Terus, kamu juga sering banget ngabulin permintaan Kevin.” Ujar Keisha.
“Tuh, kan.. lagi-lagi kamu perhatiin aku. Ih, kamu naksir, ia ama aku?” Bantah Chieri sembari nge-les.
“Ih, sorry , ia. Aku masih normal tau.” Jawab Keisha.
Tak terasa mereka telah berjalan lama, akhirnya mereka harus berpisah di perempatan karena arah pulang menuju rumah mereka berbeda.
“Eh, nggak kerasa, tahu-tahu kita sudah sampai di sini aja, ia.” Ucap Chieri.
“Ia.” Jawab Keisha.
“Em.. ia udah, deh. Babay... “ Ucap Chieri.
“Ia.. Nyebrang-nya hati-hati, ia! Dan jangan ngelamun lagi!” Pesan Keisha pada Chieri.
“ih… Keisha… Aku nggak ngelamun, kok. Ia udah lah” Jwab Chieri seraya menyeberangi jalan.
ÙÙÙ
Sesampainya di rumah, Chieri langsung melempar tasnya ke meja dan segera merebahkan badannya ke kasur. Huuuh… Cape banget keluhnya. Belum lama ia bermalas-malasan, terdengar teriakan bunda yang membangunkannya. “Chieri! Chieri!”
“Heuh.. Ia, ada apa apa Bun?” Tanyanya.
“Sudah mandi belum?” Tanya Bunda yang diikuti dengan gelengan kepala Chieri. “Ck.. Ck.. Ck.. Kamu ini, anak gadis, tapi kok jorok banget sih..” Lagi-lagi Bunda mengomel.
Tanpa berlama-lama lagi, Chieri langsung bangun dari kasur dan langsung menuju ke kamar mandi, mengambil handuk dan kemudian mandi untuk menyegarkan badan.
ÙÙÙ
Kamu sudah mulai dekat dengan anak laki-laki itu. Setelah itu, kamu pun akan mulai merasakan sesuatu yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya. Perasaan yang mebuatmu berdebar saat berada di sampingnya. Perasaan yang membuatmu bahagia. Namun, suatu saat perasaan itu mulai berubah, dan begitu amat membuatmu menderita.”
“Siapa kamu?” Tanya Chieri.
“Siapa laki-laki yang kamu maksud?”
“Aku tidak tahu pasti laki-laki itu. Hanya kamu yang dapat mengetahui dengan pasti siapa laki-laki itu.”
“Tunggu! Tunggu! Tunggu! Siapa kamu?!” Kring…. Kring… Kring… Bunyi Alarm jam wekker membuatnya terbangun dari mimpi tidur indahnya. Lho…? Jadi, tadi itu… hanya mimpi??? Tanyanya dalam hati.
“Chieri! Bangun! Sudah sian ini!” Baru bangun tidur saja, Chieri sudah diomeli bunda.
“Ia Bun..” Jawabnya pelan.
Beberapa menit pun berlalu. Kini ia telah berganti baju, dandanannya pun sudah agak rapih. Lalu ia mengambil sebuah buku pelajaran yang hari ini akan di ulangan-kan. Matanya memang menatap buku itu, namun pikirannya melayang entah kemana. Ia masih saja memikirkan kejadian yang beberapa hari ini ia alami dan kejadian mimpi itu. Setiap ia memikirkan hal itu, tiba-tiba ia teringat oleh Kevin. Ia tak tahu entah kenapa Setiap kali ia memkirkah hal itu, sosok Kevin lah yang nampak di benaknya.
 Jam sudah menunjukkan pukul 06.15. Ia panik dan segera memakai seragam serta merapihkan diri. Ia hanya meminum segelas susu putih yang disiapkan bunda. Lalu ia bergegas memakai sepatu kemudian berlari kecil menuju pagar rumah. Di luar, ayah telah siap-siap menyalakan mobil. Chieri langsung masuk mobil, dan beberapa detik setelah itu, mobil yang dikendarai ayah pun langsung pergi menghilang dari pandangan.
ÙÙÙ
Sesampainya di sekolah.
Huft.. Hampir saja telat. Ucapnya dalam hati.
“Chieri, tunggu!” Tiba-tiba saja seorang anak laki-laki berteriak menghentikan langkahnya. Suara ini… Kayaknya aku tau ini suara siapa.. Pikirnya dalam hati. Dan benar saja, itu adalah suara Kevin.
“Hey… Pagi.” Ucap Chieri riang.
“Pagi! Eh, Udah belajar Kimia belum?” Tanya Kevin memulai pembicaraan.
“Mmm.. Baru dikit. Kira-kira ulangannya bakal susah nggak, ia?” Keluh Chieri.
“Haha.. tenang aja lagi.” Kevin mencoba menenangkan Chieri.
“Tenang.. tenang.. mana bisa tenang?” Lagi-lagi Chieri mengeluh.
“Kalau ada yang nggak ngerti, Tanya aja sama aku. Entar Aku ajari, deh.” Kevin mencoba menenangkan.
“Bener, ia? Awas, kalo boong?” Tanya Chieri.
“Ia.. bener..” Kevin mencoba meyakinkan.
“Khm! Khm! Ciiiye… ciiiyyyyeeee yang jalan berdua..” Goda Rifki dan Dimas.
“Ih.. apaan, sih!” Ucap Kevin dan Chieri kompak. Lalu mereka segera berjalan menuju tempat duduknya masing-masing.
Keisha yang melihat kejadian itu, langsung menghampiri Chieri. “Khm… tuh, kan. Kamu beneran suka, ia?”
“Ih, Keisha. Udah, deh. Males, ah. Jangan-jangan, kamu cemburu, ia?” Chieri balik nanya.
“Cih! Ga, deh.. Kan kata kamu, dia banci. Masa aku suka sama orang banci, sih?” Jawab Keisha.
Ketika mereka sedang asyik mengobrol, tiba-tiba Kevin datang dan nggak sengaja mendengar obrolan mereka, “Siapa yang banci?!” bentak Kevin.
            “Kevin???” Keisha dan Chieri panik, mereka bingung mau mengatakan apa.
            “Siapa yang banci?!” bentak Kevin sekali lagi.
            “Kevin.. Maaf, ia? Kita kan cuma bercanda. Maafin kita, ia? Abis kamu sering…” belum sempat Chieri menjelaskan semuanya, Kevin langsung memotong, “Nggak! Enak aja ngomongin orang Banci!!!” Bentak Kevin.
            Keisha menganggap ini masalah sepele, tetapi tidak dengan Chieri. Chieri yang mulai sadar bahwa ternyata laki-laki yang selama ini ia cari adalah Kevin, dan sedikit demi sedikit, rasa Cinta itu pun mulai tumbuh di hati Chieri. Kini, Chieri hanya bisa pasrah. Tak terasa, air matanya pun mulai jatuh dan membasahi pipinya yang chubby.
            “Kevin! Kamu, kok gitu , sih?! Kita kan cuma bercanda. Masa gitu aja marah, si?” Bentak Keisha, tak terima kalau sahabatnya, Chieri diperlakukan seperti itu.
            Kevin tidak menjawab sedikit pun. Ia hanya terdiam. Lalu ia berlari ke luar kelas. Sepertinya ia ingin menenangkan emosinya.
            Di kelas Chieri hanya duduk terdiam lemas. Air matanya masih mengalir. Keisha mecoba menenangkan, “Chieri.. Udah, dong, jangan nangis terus, masa kamu nangis Cuma gara-gara hal sepele kaya gini, si? Lagian ini bukan salah kamu, kok, Kevin yang salah, Kalau dia nggak ngerasa banci, dia harusnya diem dan nggak nganggep serius masalah ini.”
            “Hu.. Hu.. Tapi Keish, aku takut dia marah dan nggak mau maafin aku, aku takut kalau dia nggak mau temenan lagi ma aku.” Ujar Chieri.
            “Udah, tenang, aja. Nggak kan da apa-apa, kok. Percaya, deh sama aku.” Keisha kembali menenangkan Chieri.
ÙÙÙ
Sorenya Chieri tetap saja tidak bisa tenang, gelisah, merasa ketakutan. Ia selalu dibayangi ketakutan-ketakutan itu. Ia tak tau lagi harus berbuat apa. Ia piker, ia butuh teman untuk mencurahkan semua unek-unek yang ada di kepalanya.
Ia langsung mengambil handphone mencari nomer Keisha, lalu menelponnya.
“Chieri?” Terdengar suara di seberang sana.
“Keisha…” Ucap Chieri.
“Ia, Chieri, ini Keisha, ada apa? Tumben, kamu nelpon aku.” Tanya Keisha.
“Aku mau curhat nih, ma kamu. Boleh?” Ujar Chieri.
“Boleh, dong.. Cerita aja, siapa tau aku bisa bantu.”
“Gini.. baru-baru ini, aku ketemu peramal, terus peramal itu bilang, kalau aku bakal deket ma seorang anak laki-laki yang cirri-cirinya itu mirip banget ma Kevin.” Ujar Chieri.
“jadi, intinya kamu suka ma Kevin?” Tebak Keisha.
“Mmm.. jujur, ia, aku emang suka ma Kevin.” Ucap Chieri.
“Tuh, kan! Dugaan ku bener.” Seru Keisha.
“Ia, nih. Makannya aku takut banget kalau Kevin terus diemin aku. Aku takut Kevin jauhin aku. Aku takut banget… “ Ujar Chieri.
“Ya, ampun. Aduh, kamu, tuh. Nggak aka nada apa-apa, kok. Percaya deh sama aku.” Keisha mencoba menenangkan.
“Hmm.. Iya udah, deh.. makasih udah mau dengerin curhatan aku.” Ucap Chieri.
“Ia, sama-sama. Kan udah kewajiban kita sebagai sahabat untuk saling membantu. Sekarang kamu berdoa aja. Abis itu tidur, deh.” Ujar Keisha.
“Ia, deh. Kamu emang sahabat aku yang paling baik.” Ucap Chieri seraya mematikan panggilan.
ÙÙÙ
Beberapa hari telah berlalu. Namun Kevin tetap saja tidak membalas pesan masuk dari Chieri. Chieri semakin gelisah. Ia Takut Kevin benar-benar marah padanya. Terlebih Kevin tidak mau menjadi temannya lagi. Ia takut jauh dari Kevin. Ia sudah benar-benar buta oleh cinta.
            Di kelas, ia mencoba memberanikan diri untuk menyapa Kevin. Baru saja ia mau menyapa, namun orang yang diharapkan yang malah menyapanya, “Hei..” Sapa Kevin pada Chieri. Chieri terkejut, ia hampir tak percaya Kevin menyapanya setelah kejadian beberapa hari ini yang membuat hubungan mereka renggang. Chieri masih terdiam tak percaya.
            “Hei! “ Sekali lagi, Kevin menegur Chieri.
            “Eh, Uhm.. Hai juga.” Jawab Chieri, lalu ia mulai memberanikan dirinya, “Uhm… Kevin..” Ucap Chieri.
            “Ia.. Ada apa Chieri?” Tanya Kevin bingung.
            “Mmm.. Kamu.. Nggak marah, kan?” Akhirnya kata-kata it pun ke luar dari mulut Chieri.
            Kevin hanya tertawa kecil, “haha..” Kevin yang tertawa hanya membuat Chieri bingung. “Kevin.. kok kamu malah ketawa, sih?” Tanya Chieri.
            “Abis kamu lucu, sih. Siapa juga yang marah ama kamu?” Kevin balik nanya.
            “Mm.. Kamu lah. Beneran kamu nggak marah ama aku?” Tanya Chieri yang dijawab dengan anggukan kepala Kevin. “Serius?!” Seru Chieri. “Hmm… menurut, kamu?” Jawab Kevin. Rasa senang, deg-deg-an, semuanya bercampur aduk. Tiba-tiba ia memeluk Kevin dan mengucapkan terima kasih padanya.
            “Eh… Maaf..” Ucap Chieri sambil tersipu malu.
            “Ia, wajar aja. Aku kan ganteng. Haha.” Goda Kevin.

Comments

Popular posts from this blog

Antara Cinema 21, XXI, dan CGV, Pilih mana?

Pertemuan Kedua

Kamu: Kenangan tentang Luka dan Cinta