🌙 Uso no Hibana — Babak Baru dari Sebuah Diam
Ada lagu yang tiba-tiba terasa seperti membaca isi kepalaku.
Bukan karena liriknya sedih, tapi karena ia tahu persis bagaimana rasanya mencintai seseorang… dengan tenang, tanpa harus menggenggam.
“Aku ingin menjaga sesuatu yang paling berharga bagiku.
Namun kini aku tak dapat melakukan hal yang sederhana itu.”
Aku tersenyum waktu mendengar baris itu.
Rasanya seperti sedang menatap cermin: seseorang begitu dekat, tapi seolah berada di seberang jendela kaca.
Terlihat jelas, tapi tak bisa kusentuh.
Dan anehnya, aku justru ingin tetap di sini — cukup menatap saja — karena aku takut jika jendela itu kubuka, semuanya akan pecah berantakan.
Cinta yang diam bukan berarti kalah.
Kadang, justru di dalam diam itu ada keberanian yang tak semua orang mampu memeliharanya.
Keberanian untuk tetap tulus tanpa meminta apa pun.
“Meski kau ada di dekatku, kau terasa jauh.”
“Menyerah dan jangan menyerah.”
Begitulah rasanya.
Aku berulang kali memetik kelopak bunga yang tak pernah habis:
berharap — tidak berharap — berharap lagi.
Tapi di tengah semua itu, aku sadar, aku tetap bisa bahagia hanya dengan menjadi seseorang yang pernah mencintai dengan baik.
Malam ini aku tidak mengingatnya dengan tangis, tapi dengan tenang.
Karena perasaan ini tidak salah arah, ia hanya sedang mencari tempat terbaik untuk berdiam.
Dan kalau memang takdir itu benar-benar ada,
mungkin lagu ini adalah cara semesta bilang pelan:
“Kamu nggak sendirian dalam diam itu.”