Old Love Story #20
Akhirnya
mereka tiba di komplek, karena hari sudah cukup petang, Putri meminta izin
kepada Mama, Shasya, dan Al, untuk pamit pulang. Setelah itu mereka masuk ke dalam rumah tentunya.
”Awas, Al, naiknya hati-hati, ya.” Ujar
Shasya.
”Iya, sayang.” Jawab Al.
”Naiknya pelan-pelan.” Tambah Mama.
Dengan hati-hati, Al menaiki tangga rumahnya.
Mama dan Shasya pun dengan sabar menuntun Al menaiki tangga. Sesampainya di
kamar Al, mama langsung turun untuk mandi dan menyiapkan makan malam.
”Shas, sekali lagi, thanks, ya. Kamu
udah sabar dalam ngadepin aku, kamu mau berbagi suka dan duka bersama aku, kamu
mau hidup susah-senang sama aku.” Ujar Al, dengan suara lembut.
”Kok, kamu ngomongnya gitu? Kayak nggak
biasa aja. Setiap hari kamu kan memang suka ngerepotin aku. Lagipula, apa sih
yang nggak buat kamu. Ya kan sayang?” Jawab Shasya.
”Yes!
Tumben
pake sayang, biasanya . . . “ Goda Al.
”Iiih . . . ya udah deh nggak usah pake
sayang!” Bentak Shasya.
”Kok, gitu sih? Iya deh nggak bakal aku
goda lagi. Eh, kita kawin, yuk! Ortu kita kan udah ngijinin, malahan dari dulu
kan kita dijodohin?” Ajak Al.
”Ih, nggak mau, ah! Kita kan masih muda.
Lagipula masa depan aku tuh masih cerah!” Ujar Shasya.
”Memangnya kalau orang udah married
madesu =masa depan suram= apa?” tanya Al.
”Ya, nggak juga, sih. Tapi aku nggak
mau, ah! Kita kan sebagai orang berpendidikan, harus berpikiran modern.” Jawab
Shasya.
”Iya juga, sih. Ya udah gimana kalu kita
tunangan aja? Supaya kamu nggak bisa lepas dari aku. Gimana, mau nggak?” Tanya
Al kembali.
”Nah, gitu dong. Kalu gitu, sih, aku
mau. BTW, kalau kita married nanti, kamu mau punya anak berapa?” Shasya balik
nanya.
”Mmmm berapa ya?” Al mikir-mikir, ”3 aja
deh. Kan orang modern, dikit anak banyak rejeki, bukan banyak anak banyak
rejeki! Nanti anak pertamanya cowok, ya!” Jawab Al.
”Iya, terserah kamu aja, deh. Eh, tumben
sih kamu jawabnya pakai otak?” Tanya Shasya.
”Dari dulu kalau jawab pakai otak kali,
bu. Memangnya Yudha!” Ejek Al.
”Hush! Nggak boleh gitu, ah! Kasian
Yudha, kan. Udah, ah, aku mau turun dulu ya, ngambil bubur buat kamu.”
”Kok, bubur, sih, say? Kaya orang sakit
aja.”
”Kamu tuh bandel, ya. Ya udah kalau kamu
gak mau nurut sama aku, aku gak mau ngurusin kamu lagi ah! Aku mau balik ke
Ausey aja.”
”Ih, gitu deh, jangan ngancem gitu dong.
Iya deh aku mau nurut sama kamu asal kamu jangan balik ke Ausey, ya. Aku nggak
bisa jauh dari kamu.”
”Ih, gombal, deh. Aku nggak bakal ke
Ausey tanpa kamu. Udah ah, bentar ya aku mau ambil bubur.”
”Ya, jangan lama-lama ya.”
”Ya.”
Shasya berlari
kecil menuruni tangga kemudian menuju dapur kemudian kembali lagi ke kamar Al
dengan membawa segelas air putih, obat, dan juga semangkuk bubur.
”Cepet banget.” Seru Al.
”Yaiyalah, siapa dulu, Shasya. Udah ni,
aku suapin, ya?”
”Iya. Kamunya sih udah makan belum?”
”Udah gampang. Sekarang yang penting
kamu dulu makan. Ni” Ujar Shasya seraya menyuapkan sesendok bubur ke mulut Al.
Tiba-tiba Albert menarik lengan Shasya
hingga kepala Shasya menempel persis di depan kepala Alberth. Mereka bertatap-tatapan,
lamaaaaa sekali. Hingga akhirnya Al mencium kening Shasya. Dan mengucapkan
terima kasih karena ketulusan cintanya.
Setelah merasa mereka memiliki umu yang
cukup matang, mereka pun memutuskan untuk married. Mmm.. Begitu pun dengan
Hubungan Kevin dan Zizie. Jadi ada acara double married.
Lalu Yudha dan Putri? Mereka justru
sudah terlebih dahulu married. Bahkan kini mereka telah dikaruniai seorang anak
perempuan yang sangat cantik.
~ The End ~
Comments
Post a Comment