Love Story #1 (pt. 4)

Sorenya Chieri tetap saja tidak bisa tenang, gelisah, merasa ketakutan. Ia selalu dibayangi ketakutan-ketakutan itu. Ia tak tau lagi harus berbuat apa. Ia pikir, ia butuh teman untuk mencurahkan semua unek-unek yang ada di kepalanya.
Ia langsung mengambil handphone mencari nomer Keisha, lalu menelponnya.
“Chieri?” Terdengar suara di seberang sana.
“Keisha…” Ucap Chieri.
“Ia, Chieri, ini Keisha, ada apa? Tumben, kamu nelpon aku.” Tanya Keisha.
“Aku mau curhat nih, ma kamu. Boleh?” Ujar Chieri.
“Boleh, dong.. Cerita aja, siapa tau aku bisa bantu.”
“Gini.. baru-baru ini, aku ketemu peramal, terus peramal itu bilang, kalau aku bakal deket ma seorang anak laki-laki yang cirri-cirinya itu mirip banget ma Kevin.” Ujar Chieri.
“Jadi, intinya kamu suka ma Kevin?” Tebak Keisha.
“Mmm.. jujur, ia, aku emang suka ma Kevin.” Ucap Chieri.
“Tuh, kan! Dugaan ku bener.” Seru Keisha.
“Ia, nih. Makannya aku takut banget kalau Kevin terus diemin aku. Aku takut Kevin jauhin aku. Aku takut banget… “ Ujar Chieri.
“Ya, ampun. Aduh, kamu, tuh. Nggak aka nada apa-apa, kok. Percaya deh sama aku.” Keisha mencoba menenangkan.
“Hmm.. Iya udah, deh.. makasih udah mau dengerin curhatan aku.” Ucap Chieri.
“Ia, sama-sama. Kan udah kewajiban kita sebagai sahabat untuk saling membantu. Sekarang kamu berdoa aja. Abis itu tidur, deh.” Ujar Keisha.
“Ia, deh. Kamu emang sahabat aku yang paling baik.” Ucap Chieri seraya mematikan panggilan.
ÙÙÙ
Beberapa hari telah berlalu. Namun Kevin tetap saja tidak membalas pesan masuk dari Chieri. Chieri semakin gelisah. Ia Takut Kevin benar-benar marah padanya. Terlebih Kevin tidak mau menjadi temannya lagi. Ia takut jauh dari Kevin. Ia sudah benar-benar buta oleh cinta.
            Di kelas, ia mencoba memberanikan diri untuk menyapa Kevin. Baru saja ia mau menyapa, namun orang yang diharapkan yang malah menyapanya, “Hei..” Sapa Kevin pada Chieri. Chieri terkejut, ia hampir tak percaya Kevin menyapanya setelah kejadian beberapa hari ini yang membuat hubungan mereka renggang. Chieri masih terdiam tak percaya.
            “Hei! “ Sekali lagi, Kevin menegur Chieri.
            “Eh, Uhm.. Hai juga.” Jawab Chieri, lalu ia mulai memberanikan dirinya, “Uhm… Kevin..” Ucap Chieri.
            “Ia.. Ada apa Chieri?” Tanya Kevin bingung.
            “Mmm.. Kamu.. Nggak marah, kan?” Akhirnya kata-kata it pun ke luar dari mulut Chieri.
            Kevin hanya tertawa kecil, “haha..” Kevin yang tertawa hanya membuat Chieri bingung. “Kevin.. kok kamu malah ketawa, sih?” Tanya Chieri.
            “Abis kamu lucu, sih. Siapa juga yang marah ama kamu?” Kevin balik nanya.
            “Mm.. Kamu lah. Beneran kamu nggak marah ama aku?” Tanya Chieri yang dijawab dengan anggukan kepala Kevin. “Serius?!” Seru Chieri. “Hmm… menurut, kamu?” Jawab Kevin. Rasa senang, deg-deg-an, semuanya bercampur aduk. Tiba-tiba ia memeluk Kevin dan mengucapkan terima kasih padanya.
            “Eh… Maaf..” Ucap Chieri sambil tersipu malu.
            “Ia, wajar aja. Aku kan ganteng. Haha.” Goda Kevin.
            “Ih, ge-er. Eh, tapi kenapa kamu nggak bales sms aku?” Tanya Chieri.
            “Mmm.. masalah itu, maaf, aku lagi nggak ada pulsa, hehe.. maaf, iya?” Ujar Kevin.
            “Oh.. Iya, deh. Tau nggak, aku paling nggak bisa marah ma kamu.” Ucap Chieri.
            “Masa?” Tanya Kevin tak percaya.
            “Ia” Ucap Chieri.
            Tetttttteettttttettttttttteettttteetttttttttttt!!! Tiba-tiba bel tanda masuk berbunyi.
ÙÙÙ
           

Comments

Popular posts from this blog

Antara Cinema 21, XXI, dan CGV, Pilih mana?

Pertemuan Kedua

Kamu: Kenangan tentang Luka dan Cinta